Lihat ke Halaman Asli

Mengenal Sejarah melalui Aksara

Diperbarui: 10 Juli 2020   22:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pustaha laklak ditulis menggunakan aksara batak

Nusantara ini terbentuk dari kisah-kisah masa lalu. Berbagai peristiwa penting terjadi di masa lalu. Baik yang tercatat maupun hanya diceritakan lisan secara turun temurun. 

Kisah yang diceritakan secara lisan tentunya memiliki nilai keakuratan perlu untuk dikaji lebih dalam lagi karena tidak dijumpai adanya bukti otentik untuk memastikan kebenaran dari cerita. 

Berbeda dengan kisah atau informasi yang dituliskan melalui sebuah tulisan, bisa dikatakan memiliki nilai keakuratan yang lebih tinggi walaupun masih perlu juga untuk dikaji lebih dalam lagi.

Sebenarnya kebiasaan menulis sudah diwariskan oleh nenek moyang kita sejak jaman dulu. Sekitar abad 4 Masehi, nusantara telah mengenal bentuk tulisan yang berupa aksara Palawa. 

Tertulis pada 7 buah Prasasti Yupa, ditemukan di Kalimantan Timur. Aksara Palawa tersebut berasal dari India Selatan, sehingga bahasa yang digunakan juga menggunakan bahasa berasal dari daerah asalnya, bahasa Sansekerta.

Dalam perkembangan dan persebarannya, mulai dikenal beberapa aksara-aksara nusantara, di antaranya aksara Jawa Kuno, Bali Kuno, Sunda Kuno dan Melayu Kuno.

Di Sumatera Utara, masyarakatnya juga sudah mengenal beberapa bentuk aksara di masa lalu. Pada sekitar abad 11-14 Masehi beberapa prasasti beraksara Melayu Kuno dan pada abad berikutnya prasasti beraksara Batak juga ditemukan, terutama di wilayah percandian Padang Lawas. 

Bersamaan dengan biaro-biaro disana, membawa pengaruh Hindu-Buddha di wilayah tersebut. Prasasti-prasasti itu di antaranya, Prasasti Tandihat 1, Prasasti Tandihat 2, Prasasti Lokanatha, Prasasti Batu Gana, Prasasti Sitopayan dan beberapa prasasti lainnya. Umumnya prasasti-prasasti itu dituliskan pada sebuah batu yang dipahat.

Dalam perkembangan selanjutnya, aksara Batak sangat dominan digunakan. Terutama bagi para etnis Batak yang tersebar di hampir seluruh wilayah Sumatera Utara mulai dari sub-etnis Mandailing, Angkola, Toba, Simalungun, Karo, Dairi dan Pakpak.

Tidak hanya dituliskan pada sebuah batu. Beberapa aksara Batak lainnya, banyak dituliskan pada sebuah media berupa bambu, pustaha laklak, tulang binatang maupun pada bangunan-bangunan kayu. Aksara-aksara Batak, di masing-masing sub-etnis memiliki beberapa perbedaan bentuk namun tidak terlalu signifikan.

Satu hal persamaan antara aksara Melayu kuno dan aksara Batak, keduanya sama-sama turunan dari aksara Palawa. Keduanya memiliki pola penulisan yang sama. Sama-sama memiliki bentuk huruf ina ni surat dan anak ni surat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline