Lihat ke Halaman Asli

Jokowi: Jangan Bilang Saya Rapopo!

Diperbarui: 20 Juni 2015   02:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

By : Christine Huangyi

Isi hati siapa yang tahu? Dan hatinya om Jokowi mungkin tidak ada yang bisa tahu, tapi serapat-rapatnya om Jokowi menyembunyikannya, sedikit demi sedikit terbuka melalui sikap, mimik dan ucapan beliau. Om Jokowi yang biasanya santun, tersenyum dan lebih banyak guyon dengan celotehan-celotehan singkat tiba-tiba menghilang seperti malam yang berganti fajar.

Saat ini om Jokowi seperti bukan dirinya, Ia menjadi sosok yang garang, keras dan terkadang melecehkan rivalnya. Kesantunan om Jokowi yang biasanya selalu menghias dirinya dimedia tak terlihat lagi. Hari demi hari, seperti waktu yang selalu dihitung mundur menjelang tanggal 9 Juli, om Jokowi seperti sosok yang kehilangan jati dirinya, kehilangan karakternya, kehilangan sifatnya.

Tapi benarkah om Jokowi yang selama ini kita lihat sebelum Ia berubah menjadi garang, keras dan suka melecehkan rivalnya? Atau hanya karena beban tekanan yang besar yang membuatnya Ia tiba-tiba berubah.

Jokowi adalah kita, itu slogan pasangan nomor 2, entah apakah om Jusuf Kalla adalah kita juga seperti om Jokowi? Entahlah! Tapi ada yang menarik yang selalu Aiy perhatikan, bahwa om Jokowi selalu dikemas sedemikian rupa, bahwa Ia adalah sosok yang santun, lemah lembut dan tenang. Ia pun digambarkan merakyat, sederhana dan sebagainya.

Dan gambaran diatas dipraktekan dengan indah oleh om Jokowi, lihat saja ketika Ia belum resmi maju. Berkali-kali ketika ditanyakan oleh wartawan mengenai pilpres, Ia selalu mengatakan “ora mikir, Aku ngurusin Jakarta, ngurusin banjir, macet dan lain-lainnya. Begitu juga peran tenang dan santun Ia perlihatkan ketika beberapa “serangan” dating, “Aku rapopo”.

Sampai kata-kata yang awalnya Aiy denger dari Golden Waysnya om Teguh dipakai oleh om Jokowi untuk menjawab semua serangan yang datang. Gambaran om Jokowi sebagai pembela wong cilik, merakyat dan sederhana pun digambarkan dengan begitu apiknya. Lihat saja bagaimana om Jokowi datang ke KPU dengan sepeda dan bajaj, padahal kita tahu bahwa kendaraan bajaj dilarang beroperasi dikawasan tersebut. Tapi demi citra, om Jokowi sebagai Gubernur Jakarta ini rela melanggar peraturan. Atau memang Ia tidak tahu peraturan tersebut? Tapi disatu sisi Aiy pun pernah melihat Ia menggunakan pesawat carteran dan duduk disamping tokoh yang cukup terkenal. Lalu sosok merakyat ini datang dipanggung debat dengan Jas licin mengkilat yang tidak mungkin lebih murah dari baju putih om Prabowo.

Tapi entah apa yang terjadi, mungkin karena Poling atau pendapat beberapa pengamat, atau juga karena melihat derasnya dorongan kepada om Prabowo. Om Jokowi yang biasanya digambarankan sebagai sosok yang santun, hilang seperti ditelan ombak yang besar. Dalam beberapa kali pertemuannya dengan pendukungnya, Ia tertangkap dengan jelas melecehkan om Prabowo yang tidak memiliki istri dan itu pun diamini oleh pendukungnya.

Lihat saja bagaimana Ia begitu kakunya dalam berbagai momen-momen penting, baik dari pengambilan nomor di KPU, acara deklarasi damai, debat pertama dan debat kedua. Om Jokowi seperti sosok yang memiliki banyak kepribadian dan karakter. Dari yang suka menyalahkan, mengampangkan, berbohong, ingkar janji dan juga caranya dalam menjebak untuk menunjukkan kelemahan lawan. Sikap om Jokowi ini dilihat oleh jutaan pasang mata. Dan rakyat banyak akan menilai sejauh mana sikap, kepribadian dan mental om Jokowi didepan umum, dalam tekanan dan ketika Ia sedang berkompetisi. Sikap santun, menghormati dan sisi kenegarawanannya tiba-tiba hilang, dan muncullah sikap om Jokowi yang angkuh, kaku, tegang dengan gestur tubuh yang tidak mencerminkan Ia sebagai pemimpin.

Ada banyak pendapat yang mengatakan Ini dan Itu terkait dengan perubahan sikap, prilaku dan karakter om Jokowi. Tapi kalau Aiy melihat dari sudut pandangan psikologi. Mungkin ini diakibatkan dengan begitu seringnya om Jokowi memainkan peran yang sebenarnya bukan dirinya sendiri, dan ketika tekanan begitu kuat, mentalnya tidak siap, dan akhirnya kepribadian aslinya muncul.

Mana bungkus mana Asli?

Aiy pun dibuat bingung oleh om Jokowi ini, tidak selarasnya antara ucapan dan perbuatan membuat Aiy memandang sosok ini penuh dengan tipu daya dan ribuan topeng yang selalu Ia kenakan, demi membranding dirinya.

Kepalsuan demi kepalsuan terbongkar seiring waktu yang berbicara. Ribuan mata melihat dengan mata batinnya tanpa kecintaan buta, bahwa om Jokowi sering tidak selaras antara ucapan dan perbuatan. Sering mengucapkan kata-kata yang sebenarnya berdusta.

Melihat om Jokowi seperti melihat sosok yang berganti-ganti wajah demi mendapatkan simpati masyarakat. Entah mana yang asli, entah yang mana yang palsu. Om Jokowi yang berubah 180 derajat saat ini, menunjukkan secara gambling, bahwa Jokowi mampu untuk memainkan ribuan peran demi mendapatkan simpati dari masyarakat.

Saat ini om Jokowi sedang galau melihat popularitas dan elektabilitasnya turun, dan Ia pun dengan mudahnya menyalahkan mesin-mesin partai pendukungnya. Rapopo telah hilang dari mulut om Jokowi, yang kini sering terdengar adalah kata-kata yang menyalahkan.

Om Jokowi, Aiy ingin memberikan cermin untuk Om, agar Om bisa melihat. Jangan-jangan om Jokowi pun tidak menyadari bahkan tidak bisa lagi mengenali mana dirinya yang asli mana dirinya yang palsu.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline