Saat pertama kali membaca nama Warren Buffet pada sebuah ulasan buku yang bercerita tentang dirinya sebagai seorang pialang saham hebat, pada mulanya prasangka buruk saya langsung mencuatkan pikiran picik: ah, orang superkaya yang sama lainnya. Tetapi setelah tahu lebih banyak tentang dirinya, harus saya akui dia bukanlah orang superkaya yang biasa.
Apa yang membuat Warren Buffet menjadi berbeda dengan anggapan saya tentang orang superkaya yang cenderung hidup mewah, ekslusif dan lebih mengutamakan kesenangan atau kepentingan pribadi atau keluarganya sendiri? Selain bahwa dia menyumbangkan bagian terbesar dari kekayaannya untuk amal, gaya hidupnya yang bersahaja bahkan untuk ukuran orang biasalah yang menjadi faktor penentu pembeda Warren Buffet dengan kaum superkaya dunia lainnya.
Mungkin saja ada orang superkaya dunia lainnya yang juga bergaya hidup sederhana, tetapi sejauh ini Warren Buffetlah yang saya ketahui.
Dalam sebuah wawancaranya dengan sebuah media, kita dapat mengetahui bagaimana sederhananya kehidupan orang superkaya ini: dia hanya memiliki sebuah mobil, sebuah rumah tua yang telah dibelinya sejak 50 tahun lalu, memakai pakaian sederhana dari merk yang dipakai oleh orang kebanyakan, dan memilih menggunakan pesawat komersial biasa sementara dia adalah pemilik sebuah perusahaan penyewaan pesawat terbang. Dan dari wawancara itu kita dapat pula memetik nasihat berharga darinya tentang pentingnya hidup sederhana dan bersahaja.
Wow, itu baru orang kaya sejati!
Warren Buffet tahu benar apa fungsi dari kekayaan yang sesungguhnya. Bukan untuk membesar-besarkan ego dengan melakoni gaya hidup jet set kaum snob tukang pamer. Bukan pula demi menikmati kesenangan hidup bagi diri sendiri atau keluarga. Tetapi kekayaan adalah alat atau sarana untuk mewujudkan banyak hal-hal baik yang membawa kebahagiaan bagi semua makhluk. Karena pada akhirnya kita semua akan mati.
Dan saat momen itu datang, apa yang terpenting bukanlah seberapa banyak kekayaan kita, tetapi seberapa banyak kita menggunakan kekayaan itu demi kebaikan semua orang.
Dalam konteks kehidupan kita sebagai orang Indonesia, apa yang ditunjukkan oleh Warren Buffet mungkin menjadi sesuatu yang terasa aneh dan langka.
Kira-kira sebulan lalu saya melihat sebuah iklan satu halaman penuh di harian Kompas.
Iklan itu adalah tentang pembukaan sebuah kantor agen penjualan dari sebuah merk mobil supermewah dunia di Jakarta. Lalu berselang beberapa hari kemudian, di harian yang sama, saya menemukan satu halaman penuh iklan pembukaan toko cabang dari sebuah merk tas supermewah, juga di Jakarta.
Kita adalah bagian dari sebuah negeri yang masuk daftar negara-negara miskin di dunia. Tetapi anehnya, untuk urusan konsumsi mewah, kita termasuk yang paling rakus. Sungguh, tak habis geleng-geleng saya!