Lihat ke Halaman Asli

Chuang Bali

Orang Biasa yang Bercita-cita Luar Biasa

Bajik+Bijak=Bahagia

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika Einstein punya rumus terkenal E=mc², maka saya menawarkan matematika kebahagiaan: bajik+bijak=bahagia. Tapi tidak seperti matematika umum yang sering bikin pusing karena kadang terasa sangat rumit dan canggih buat sebagian dari kita, matematika kebahagiaan tidaklah rumit. Malah, kalau mau jujur, sebenarnya sangat sederhana sekali.

Dapat dipastikan, kebahagiaan sejati adalah tujuan dari semua makhluk hidup, terlepas dari di alam mana keberadaannya kini dan ajaran apa yang diyakininya. Karena jauh di lubuk hati terdalam, saya yakin kita semua mengakui bahwa kehidupan ini tidaklah memuaskan. Harus ada satu obat bagi ketidakpuasan ini, dan itu adalah kebahagiaan sejati, suatu keadaan di mana kebahagiaan tak lagi memerlukan syarat apa pun: kebahagiaantanpa tapi.

Untuk menuju ke sana, pertama-tama kita harus menjadi bajik. Bajik atau baik, atau dalam bentuk kata benda kebaikan, adalah kualitas-kualitas baik dan mulia dari dalam diri kita yang memungkinkan kita melakukan perbuatan baik yang menuntun kepada pengikisan lobha, dosa, dan moha dan pada akhirnya—dengan juga mengikutsertakan kebijaksanaan—meraih pencerahan. Kualitas-kualitas ini contohnya adalah keberanian, kedermawanan, belas kasih, adil, jujur, tekun, disiplin dan lain-lain.

Tapi seperti telah disebutkan sekilas di atas, kebaikan tidak dapat berjalan sendirian dengan selamat tanpa didukung oleh kebijaksanaan. Karena jika tidak begitu, kita hanya akan menjadi si baik hati yang bodoh, yang tak tahu kapan waktu dan saat serta cara yang tepat dalam melakukan kebaikan.

Jika kita telah menjadi baik dan (+) bijak, maka hasilnya (=) adalah bahagia. Dalam Buddhisme, hasil ini berulang kali ditegaskan oleh Buddha sendiri. Dengan kebaikan dan kebijaksanaan, bagaikan kita memiliki sepasang sayap yang mampu menerbangkan kita menuju kebahagiaan sejati.

Namun, barangkali pertanyaan ini akan seketika muncul: lantas, bagaimana cara melakukan kebaikan dan mengembangkan kebijaksanaan?

Setiap ajaran di dunia punya cara-caranya masing-masing. Ada ajaran yang merujuk pada sosok adikodrati dengan segala sifatnya yang serba maha. Kepatuhan pada sosok itu adalah jalan untuk mengembangkan kebajikan dan kebijaksanaan menurut ajaran ini.

Di sisi lain, ajaran seperti Buddhisme mengajarkan pengikutnya untuk mengembangkan kebajikan dan kebijaksanaan melalui suatu pelatihan yang tersusun secara sistematis, yang mana pelatihan ini telah dibuktikan keampuhannya oleh Sang Guru Agung dan para siswa suci-Nya sendiri. Sebagai Buddhis, kita mengenal pelatihan ini dengan sebutan Jalan Mulia Berfaktor Delapan yang terdiri dari 3 kelompok besar: Sila, Samadhi, dan Panna, atau Moralitas, Semedi, dan Kebijaksanaan.

Masih mau lebih rinci lagi?

Hm…untuk keterangan lebih lanjut, silakan baca buku berjudul “Berbuat Baik Itu Mudah” karya penulis buku yang sama dengan yang sedang Anda baca ini (memang iklan, kok..), he-he-he…

250910

(Sumber: Buku 'Bajik+Bijak=Bahagia". Chuang, Yayasan Ehipassiko www.ehipassiko.net)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline