Lihat ke Halaman Asli

Christie Stephanie Kalangie

Through write, I speak.

Tentang Pelakor

Diperbarui: 10 Oktober 2020   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar Ilustrasi Perselingkuhan. Sumber: bestcellphonespyapps.com 

Sebenarnya, saya risih sekali dengan istilah pelakor atau perebut lelaki orang. Menurut saya pribadi, label pelakor itu sangat tidak etis. Karena itu, lebih tepat rasanya bila menggunakan kalimat 'orang ketiga' untuk mengganti istilah pelakor. 

Dalam kasusnya, hampir di setiap kisah perselingkuhan dan yang berselingkuh itu seorang pria, yang mendapat sorotan selalu pasangan wanita dan orang ketiga tersebut. Tak hanya itu saja, oknum yang dianggap sebagai perusak hubungan pun mulai digali latar belakang, pendidikan, keluarga, jenis pekerjaan, pertemanan, kebiasaan-kebiasaannya, bahkan semua account media socialnya tak luput dari kejaran netizen. 

Mengapa orang ketiga yang mendapat sorotan dari kasus perselingkuhan? 

Sebuah hubungan dewasa melibatkan pihak satu dan pihak dua. Kalau ada salah satu pihak dari pihak tersebut yang menjalin hubungan dengan pihak ketiga, beban kesalahan paling besar tentu ada pada pihak satu atau pihak dua. 

Seharusnya, seseorang yang sudah pernah berkomitmen menjalin ikatan dengan seseorang lainnya lalu berselingkuh, itulah yang salah. Baik itu prianya, maupun wanitanya. 

Lucunya, seringkali untuk kasus pria yang berselingkuh, persekusi terjadi pada orang ketiga tersebut. Orang ketiga ini akan selalu dikaitkan sebagai wanita penggoda, wanita tidak tahu diri, wanita pengganggu hubungan orang. 

Tapi, pernahkah kalian berpikir tentang siapa yang sebenarnya menggoda dalam hubungan perselingkuhan itu? 

Bagaimana kalau sang pria yang sebenarnya menggoda wanita pihak ketiga? Bagaimana kalau sang pria sudah bosan dengan pasangan pertamanya tapi tidak berani mengambil keputusan? Bagaimana kalau sang pria memang terindikasi memiliki "kelainan" yang tidak bisa jika hidup hanya dengan satu wanita saja? Jadi, pria tersebut bukan direbut, tapi dia melarikan diri. Lalu, mengapa yang mendapat persekusi tetap wanita pihak ketiga ini? 

Kalau pun memang benar wanita pihak ketiga ini menggoda atau mengejar-ngejar sang pria, mengapa sang pria pada akhirnya tergoda dan terkejar? Mengapa pria ini akhirnya membuka diri untuk berselingkuh? 

Dari hal ini, terlihat jelas bahwa persekusi yang sering terjadi menurut saya berat sebelah. Sampai kapan pun yang dibahas dan disalahkan selalu mengenai orang ketiga, bukan pria peselingkuh ini. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline