Ktok ktok ktok ktok, sebuah bunyi yang belakangan ini viral. Tidak pagi, siang, sore bahkan malam menjelang larutpun kadang bunyi ini masih sesekali terdengar. Bukan hanya di lingkungan rumah, di sekolah, di jalan bahkan di halaman medjidpun bunyi ktok ktok itu kerap terdengar.
Itulah suara latto-latto yang sedang viral dimainkan oleh orang-orang mulai dari anak-anak sampai dewasa. Jika dibilang indah, jelas suara latto-latto tidak indah, kalau dibilang bising yah bolehlah apalagi kalau suara bunyi ini terdengar di saat saat kita butuh suasana tenang. Dan bagi sebagian anak-anak, bunyi ini ibarat misscall yang memanggil mereka untuk segera keluar bergabung dengan teman-teman yang sudah menunggu dengan latto-lattonya.
Permainan melentingkan dua 'bola' plastik yang terikat tali agar saling bertumbukan secara terus menerus ini konon katanya berasal dari Amerika yang dikenal dengan nama clacker balls atau clankers dan banyak lagi sebutan lainnya. Nah, di Indonesia sendiri permainan ini juga punya banyak nama, tetapi yang paling viral disebut dengan latto-latto.
Jika ditinjau secara bahasa, latto-latto adalah bahasa "Makassar) Bugis". Dan memang permainan ini sejak lama telah menjadi permainan anak-anak di Sulawesi, tepatnya di Sulawesi Selatan dan Tenggara. Di Sulawesi ada juga yang menyebutnya katto-katto. Penamaan dengan latto-latto ini mungkin karena bunyi/suara dari permainan ini yang seperti bunyi berdetak (bahasa Makassar "latto", Bugis "detto").
Permainan anak-anak dan dewasa ini konon mulai viral di Amerika dan Eropa sejak tahun 1960-an, bahkan di suatu kota di Italia ada kejuaraan tahunan permainan clankers atau latto-latto ini.
Nah, di balik permainan ini rupanya ada bahaya yang mengancam pada pemainnya. Permainan ini punya potensi besar menyebabkan cedera serius akibat tumbukan maupun pecahnya 'bola' yang waktu dahulu itu terbuat dari kaca dan plastik mudah pecah. Oleh karena itu permainan ini kemudian dilarang diperjualbelikan di beberapa negara mengingat kerawanan cedera yang bisa ditimbulkannya.
Kalau di Amerika sana permainan ini dilarang karena potensi menimbulkan cedera serius pada pemainnya. Karena pecahnya 'bola' yang pecahannya dapat mencederai bahkan membutakan mata. Permainan ini juga dilarang di Brazil dan juga di Britania Raya dengan alasan yang hampir sama yakni permainan ini rentan menimbulkan cedera serius pada orang yang memainkannya.
Begitu pula dengan di Italia, negara yang pernah booming permainan latto-latto hingga mengadakan pertandingan kejuaraan dunia yang diikuti oleh peserta mancanegara. Permainan latto-latto dilarang di beberapa wilayah di Italia dengan alasan mengganggu dimana pers Italia menyebutnya permainan yang awalnya berupa obsesi hingga menjadi fenomena menular yang berisiko menjadi mania dan benda paling tidak berguna serta ketinggalan jaman.
Lain pula dengan di Mesir, pelarangan permainan latto-latto di sana sekitar tahun 2017 adalah berkaitan dengan hal paling konyol yakni isu politik, apa pasal? Ternyata pelarangannya bermula dari penamaan permainan ini oleh orang Mesir permainan ini disebut dengan nama "Sisi's balls" (Bolanya Sisi), yang diartikan oleh penguasa setempat mengarah pada buah zakar milik Presiden Mesir saat itu Abdel Fattah el-Sisi. Seiring dengan populernya Sisi's balls, otoritas setempat mulai menangkap para penjual dan menyita ribuan mainan tersebut hanya karena alasan konyol yang mereka anggap menyinggung pemerintah.
Nah, lain pula dengan di Sulawesi Selatan (Makassar/Bugis) permainan ini juga pernah 'ditabukan'. Di sekitar tahun 1960-an permainan latto-latto ini begitu viral di Sulawesi Selatan, mungkin seviral atau bahkan lebih viral dari saat ini.