Perjuangan Rafael Nadal untuk kembali menjadi petenis nomor 1 dunia di usianya yang sudah melewati masa keemasannya, bakal menempuh jalan yang berat. Setelah kegagalannya di turnamen pemanasan jelang US Open, Cincinatti Masters, saat Nadal harus kalah di babak 32 besar dari petenis Kroasia, Borna Coric. Kini di turnamen grandslam US Open yang pernah empat kali dijuarainya, Nadal berharap untuk setidaknya bisa menapak hingga ke babak final untuk dapat mewujudkan misinya menjadi petenis nomor 1 dunia lagi.
Namun, nampaknya langkah Nadal untuk mewujudkan impiannya itu bukanlah hal yang mudah. Perlawanan sengit dan ketat harus dihadapi oleh petenis Spanyol yang menjadi unggulan kedua di turnamen US Open 2022 ini.
Posisi Nadal bersama Djokovic saat ini ibaratnya sebagai mercu suar di dunia tenis, berhadapan dengan kedua petenis ini akan menjadi motivasi tersendiri bagi petenis lain untuk mengalahkan mereka, ada semacam energi lebih jika menghadapinya.
Dan perlawanan sengit itu telah dirasakan oleh Nadal sejak pertandingan awalnya di US Open saat berhadapan dengan petenis wildcard Australia Rinky Hijikata dalam pertandingan babak pertama US Open yang epik. Pemegang 22 gelar juara Grandslam ini kehilangan set pertama untuk membuat penonton di Arthur Ashe Stadium tercengang sebelum ia berusaha keras untuk bangkit dan memenangkan pertandingan dalam empat set, 4-6, 6-2, 6-3, 6-3.
Pertandingan keras dan epik ini membuat penonton harus berdiri dan bertepuk tangan untuk memberikan apresiasi atas sebuah pertandingan yang seru dan menarik. Hijikata diberi tepuk tangan meriah saat dia meninggalkan lapangan dan Nadal yang mengalahkannya juga berdiri dan bertepuk tangan saat Hijikata pergi setelah pertarungan tiga jam mereka.
Nadal menyebut Hijikata sebagai lawan yang "tangguh" dalam wawancara singkat pasca-pertandingan di lapangan.
Hijikata petenis berusia 21 tahun dan baru berperingkat 198 dunia itu memberikan perlawanan kepada superstar Spanyol itu dengan serangan-serangan groundstroke spektakuler untuk merebut set pembuka dalam pertemuan pertama antara kedua petenis dengan skor 6-4 di depan penonton Arthur Ashe Stadium yang penuh sesak di Flushing Meadows.
Hijikata membuat penonton di Flushing Meadows terkejut ketika dengan spektakuler berhasil, mematahkan servis Nadal pada game ketujuh untuk membalikkan keadaan dan unggul 4-3. Dan kemudian Hijikata terus melaju dan merebut set pertama tersebut dalam tempo 45 menit.
Namun, Nadal memang pantas menjadi superstar dunia tenis modern, meski usianya boleh dikata tak muda lagi, tetapi semangat pantang menyerah yang ditunjang oleh ketenangan yang luar biasa serta pengalaman matang 21 tahun di tenis pro, membuat Nadal tetap survive dan merebut tiga set berikutnya dengan cukup mudah. Hanya saja di set ke-4 Hijikata kembali sedikit memberikan perlawanan dengan memaksa Nadal bermain hingga 1 jam 5 menit sebelum Nadal menutup set ke-4 itu dengan kemenangan 6-3.
Maju ke round 2, Rafael Nadal kembali mendapatkan perlawanan sengit, kali ini dari sesama petenis 'old crack', Fabio Fognini. Fognini, petenis Italia yang kini berperingkat 60 dunia, membuat pendukung Nadal yang memadati Arthur Ashe Stadium terhenyak. Fognini memenangkan set pertama hanya dalam tempo 35 menit, dengan mudah ia mematahkan servis Nadal di game ke-3 dan ke-7 untuk merebut set pertama tersebut dengan kemenangan 6-2.
Memasuki set kedua, Fognini masih terlihat begitu dominan di awal-awal game. Langsung memimpin 1-0 usai mematahkan servis Nadal, tetapi Nadal sekali lagi dengan kematangan pengalamannya mampu tampil tenang untuk balas membreak servis Fognini. Saling mematahkan servis pun terjadi hingga kedudukan 3-2 untuk Fognini.