Pimpinan kelompok kriminal bersenjata (KKB) Lekagak Telenggen disebut telah menyiapkan lokasi perang untuk TNI dan Polri. Kelompok kriminal ini bahkan telah memberikan tantangan kepada TNI-Polri untuk berperang di lokasi yang telah mereka tentukan tersebut, dari informasi yang diperoleh, lokasi perang tersebut berada di Muara Distrik Ilaga, Kabupaten Puncak.
Ajakan perang yang disampaikan oleh juru bicara KKB, Sebby Sambon ini adalah hal paling goblok sekaligus lucu yang coba dimainkan oleh kelompok pengacau keamanan di Papua ini.
Ajakan perang yang telah ditentukan lokasinya seperti ini biasa dilakukan pada perang suku dalam tradisi budaya Papua. Model perang suku yang sangat tradisional itu tentu bukanlah bagian dari tugas dan fungsi TNI-Polri yang terlatih dalam perang konvensional yang melibatkan strategi dan teknologi mutakhir.
Tradisi perang tradisional suku-suku di Papua yang melibatkan unsur-unsur kekuatan mistik atau metafisika. Begitulah perang dalam terminologi orang Papua. Itu perang tradisional antar suku. Sementara TNI-Polri terlatih dalam terminologi perang modern, beradu teknologi dan bukan beradu supranatural. Didalamnya selain ada taktik dan ada strategi, juga mempertimbangkan pendekatan-pendekatan khusus disesuaikan dengan situasi dan kondisi yang dihadapi.
TNI dan Polri tidak sama perspektif perangnya dengan Lekagak Talenggen. Pendekatan operasi TNI/Polri, yang di lakukan di Papua memiliki unsur operasi "kemanusiaan" - karena apapun pandangan mereka yang memilih menjadi "musuh" itu, mereka tetap adalah bangsa sendiri yang kebetulan memilih menjadi sempalan karena belum atau kurangnya informasi pembangunan yang mereka dapatkan, akibat propaganda dan hasutan dari segelintir oknum yang memberikan informasi keliru terhadap semangat NKRI persatuan Indonesia.
Biar bagaimanapun kelompok sempalan ini harus dihadapi sebagai saudara, TNI dan Polri lebih mengedepankan cara persuasif untuk menyelesaikan konflik dengan mereka. TNI dan Polri serta masyarakat Indonesia berharap ada hal yang saling menguntungkan. Kita berharap semua masyarakat yang mencintai NKRI dan tanah Papua ini damai dan mari kita satu hati.
Jikalau saja penyelesaian konflik Papua adalah perang, pastilah akan menjadi perang yang a simetris atau sangat tidak seimbang. Tentara Indonesia yang sangat terlatih dengan peralatan tempur yang jauh lebih lengkap dari para separatis Papua, pastilah akan mudah "menghabisi" perlawanan mereka. Tapi opsi "perang" tidak akan pernah jadi pilihan dalam penyelesaian konflik Papua.
Di Papua, bukan perang ideologist, berbeda dengan di Timor Timur dan Aceh yang ideologist. Itupun perang di Aceh sudah diakhiri dengan pendekatan damai, begitu juga dengan Timor Timur. Pada perang Aceh dulu ada DOM (Daerah Operasi Militer) makanya tank dan panser dikirim ke sana, Dan juga pasukan pemukul.
Konflik Papua yang lebih cenderung pada separatisme dan aksi terorisme pada warga pendatang dan juga warga lokal yang berpihak pada merah putih. Dan untuk menghadapi teror kelompok separatis KKB ini yang paling banyak dikirim adalah pasukan dari Brimob anti teror Densus 88.
Sedangkan kalau ada pasukan pemukul yang dikirim kesana, selain pada tugas menjaga infiltrasi pasukan asing dari PNG yang berniat masuk ke Papua untuk membantu OPM, juga untuk menghadapi dan melumpuhkan organ-organ khusus KKB yang terlatih.
Strategi KKB telah terbaca oleh oleh TNI-Polri dan tentu saja tidak akan direspon, KKB menyangka TNI akan menurunkan pasukan tentara pemukul, padahal yang diturunkan cukup personel Polisi saja yang lebih mengutamakan pendekatan kemanusiaan dan pembinaan masyarakat. Agar simpati masyarakat kembali bersimpati kepada bangsanya. Bukan seperti selama ini hanya menerima cuci otak dari KKB yang membuatnya tergiur ikut aksi separatisme.