Kiprah Valentino Rossi di MotoGP telah memberi warna tersendiri bagi keseruan persaingan papan atas perhelatan lomba balap kuda besi kelas utama motor Grandprix sejak awal tahun 2000 silam.
Dengan bermodalkan gelar juara dunia kelas 125cc dan 250cc Rossi datang meramaikan persaingan di kelas 500cc yang kini menjadi kelas MotoGP, di musim pertamanya di 2000, Rossi sudah menggebrak dengan finish di posisi 2 klasemen akhir musim 2000.
Selanjutnya Rossi malang melintang di musim-musim berikutnya dengan sukses merebut tujuh gelar juara dunia kelas 500cc/MotoGP, yang lima diantaranya diraihnya secara berturut-turut 2001-2005, di musim 2006 finis ke-2, dan musim 2007 ke-3. Rossi kemudian comeback di musim 2008 dan 2009 dengan kembali merebut gelar juara dunia.
Kehadiran Rossi di pentas balap MotoGP boleh dikata menjadi salah satu data tarik bagi keseruan menyaksikan pentas balap MotoGP ini, selain bakat dan dedikasinya, ambisi yang kuat dari Rossi juga menghadirkan banyak drama yang emosional dan sensasional di hampir setiap musim balap yang dilaluinya.
Persaingan awal Rossi terhadap sesama pebalap adalah dengan Loris Capirossi, semenjak di kelas 250cc hingga berlanjut ke kelas 500cc, keduanya selalu menunjukkan persaingan yang panas dan ketat. Persaingan mereka mereda ketika Capirossi akhirnya memutuskan pensiun dari balap MotoGP sepenuhnya pada tahun 2011.
Selain dengan Capirossi, Rossi juga punya "musuh" berat, yaitu Max Biaggi. Rossi begitu sering mendapatkan dirinya harus berjuang keras di jalur dengan Capirossi dan Biaggi, oleh pers Italia mereka diberi julukan "tiga penembak".
Perseteruan Rossi dengan Biaggi cukup panas, di awal musim 2001, Biaggi yang bertemu Rossi di sebuah restoran di Suzuka sebelum lomba di seri Jepang. Biaggi mengatakan kepada Rossi untuk "mencuci mulut sebelum mengucapkan nama Biaggi". Sepanjang 2001 persaingan keduanya begitu panas dengan berbagai drama baik yang berlangsung di track maupun di luar lomba.
Persaingan Rossi tidak saja berhenti pada kedua pebalap sesama Italiano itu, Rossi juga terlibat perseteruan sengit dengan pebalap Spanyol, Sete Gibernau yang sama-sama di tim Honda. Awalnya hubungan mereka berdua baik-baik saja, keretakan mulai terjadi sejak "insiden Qatar" dimana ketika itu tim Rossi dihukum karena "pembersihan" posisi grid-nya untuk membantu traksi. Oleh Rossi, Gibernau dianggap ada di belakang jatuhnya hukuman itu.
Persaingan antara Rossi dan Gibernau mencapai puncaknya pada seri pembuka 2005 di Jerez. Rossi yang memimpin di posisi terdepan namun Gibernau mampu menyusul di lap pertama. Di lap terakhir saat Gibernau memimpin, Rossi mencoba menyalipnya di tikungan terakhir - hairpin Dry Sack - namun keduanya bersenggolan di sudut tengah. Gibernau yang melebar keluar jalur akhirnya finis kedua sementara Rossi berhasil memenangkan perlombaan.
Setelah kejadian itu, Gibernau sangat marah dan menolak mengomentari putaran terakhir. Karena insiden ini para penonton Spanyol yang merupakan pendukung Gibernau mencemooh Rossi ketika lagu kebangsaan Italia diputar untuk merayakan kemenangannya.
Ketegangan antara mereka berakhir ketika Gibernau pensiun dari balap Grand Prix setelah cedera, di musim 2006.