Kau yang masih bangga bertopeng kekaguman
Yang masih terlena dengan tatapan takjub orang-orang
Kau yang merasa senang duduk di kepala jelata
Sambil menutup mata mendengar orang-orang bertepuk tangan
Sungguh kau seperti elang buta yang menatap padang rumput
Kau tinggal di megahnya kepalsuan dunia
Yang rapuhnya tak pernah kau bayangkan
Gemuruh riuh yang kaubanggakan, sungguh adalah ratapan yang kausesali
Kau yang mengukur diri dengan atribut duniawi
Tak sedetik pun kebanggaan itu mengekalkan dirimu di pusaran waktu
Saatnya nanti jika kau pergi kekaguman yang kaubanggakan tak akan mengiringimu
Dunia segera menghapusmu seperti debu yang dibasuh dari cawan suci.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H