Kulihat bopeng di wajah negeriku
Sumringah yang dulu melukis kasih
Kini menjelma seringai memahat amarah
Duhai Pertiwiku, bopengmu adalah gundah
Anak-anak mu kehilangan arah
Dosa apakah gerangan yang terlahir dari rahimmu
Urat nadi negeriku dulu adalah sungai yang mengalirkan tepa salira
Kini telah kering mencuatkan bongkahan batu pongah
Dulu sapaan anak negeriku adalah hembusan sepoi yang merawat kasih
Kini telah menjadi tiupan badai yang menyebar amarah
Dulu di pangkuan Ibu Pertiwi bertemu cangkul dengan sawah
Kini di pangkuannya bertemu bensin dengan api
Dulu panggilan negeriku adalah gelora semangat yang berbalas semangat
Kini yang terkobar adalah gelora amarah yang berbalas amarah