Lihat ke Halaman Asli

Chaerul Sabara

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Mungkinkah Sponsorship Operator Judi Bola Online di Liga 1?

Diperbarui: 8 November 2020   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

PSM Makassar (Twitter resmi PSM Makassar)

Di era modern saat ini sepak bola bukan hanya sekedar olahraga saja. Sepak bola harus berkembang menjadi sebuah industri, sehingga sepakbola dapat menjadi bisnis yang cukup menjanjikan bagi klub-klub yang tentu saja harus memiliki kekuatan finansial.

Demikian pula halnya dengan sepak bola Indonesia  kini sudah mulai bergerak maju menjadi sebuah industri besar sepak bola. Sebagai industri tentu saja sepak bola akan memberikan dampak ekonomi bukan hanya pada klub saja, tetapi juga memberikan penghidupan kepada ratusan bahkan ribuan orang yang berada di sekeliling klub.

Tapi geliat sepakbola kita yang baru mulai merangkak menuju ke industri sepakbola, harus mendapat tekanan yang sangat berat,  masalahnya apalagi kalau bukan pandemi covid-19.

Liga 1 yang seharusnya bergulir di bulan Februari 2020 lalu, hingga kini belum kunjung bergulir terkait izin yang tidak diberikan, karena alasan covid-19, setelah beberapa kali mengalami penundaan, terakhir rencana Liga 1 akan digulirkan di Februari 2021, itupun masih dalam ketidakpastian baik itu menyangkut perizinannya nanti maupun mengenai format kompetisi yang akan dipakai. 

Apakah melanjutkan kompetisi musim 2020-2021 sebagaimana yang banyak diinginkan oleh klub peserta atau memulai kompetisi baru musim 2021-2022.

Sebenarnya sebagaimana di liga-liga negara lain yang sudah berputar dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan tentu saja dengan tanpa penonton. Liga 1 juga sudah seharusnya memutar roda kompetisinya, tapi apa lacur kesiapan finansial klub-klub peserta Liga tidak semuanya mampu jika hanya mengandalkan pemasukan dari hak siar, penghasilan utama klub-klub Liga 1 masih diterima dari penjualan tiket pertandingan.

Kevakuman kompetisi akan semakin menenggelamkan prestasi sepakbola kita, tapi memaksakan memutar roda kompetisi akan memberi dampak yang jauh lebih buruk lagi.

Di tengah kekurang mampuan klub dalam membiayai operasional klub, apalagi dalam kondisi force majeur seperti halnya pandemi covid-19 ini, berputarnya roda kompetisi berarti berputarnya juga perekonomian masyarakat, bukan saja pemain, pelatih tapi juga official dan staf klub serta orang-orang yang berkaitan dengan klub, seperti penjualan merchandise misalnya.

Saya terusik dengan "keberanian" manajemen klub Tira Persikabo yang pada awal akan bergulirnya Liga 1 2020, Persikabo berani menggandeng sponsorship dari operator judi online SBOTOP, dimana pada Jersey yang dikenakan oleh Tira Persikabo akan terpasang logo SBOTOP secara mencolok.

"Dengan senang hati kami mengumumkan SBOTOP sebagai sponsor resmi dari Persikabo 1973 di musim 2020 Liga 1 Indonesia. Kerja sama ini mewakili misi kami untuk memperkuat brand SBOTOP di Indonesia," tulis Tira Persikabo via Twitter.

Untung saja PT Liga Indonesia Baru (LIB), sebagai operator Liga 1 dan Liga 2 Indonesia, mengeluarkan aturan yang melarang klub peserta Liga untuk menjalin kerjasama dan menerima sponsor dari situs judi, seperti juga dari perusahaan minuman beralkohol dan perusahaan rokok.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline