Lihat ke Halaman Asli

Chaerul Sabara

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Duka Petani

Diperbarui: 13 Agustus 2020   12:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Hamparan tanah gembur itu telah menghijau
Yang disemai kini telah tertanam, menunggu masa untuk dituai
Lelah yang mengucurkan keringat coba dibasuh dengan lantunan doa
Berharap pada kemurahan penguasa langit dan bumi agar panen dapat melimpah
Namun harapan seketika pupus, banjir yang tak dinyana datang menghampiri
Merendam hamparan padi, melarutkan asa pada dinding kekecewaan
Entah siapa yang harus disalahkan
Langit kini telah menjadi asing tak mampu lagi untuk dibaca
Pak tani menunduk lesu, menangisi lelahnya yang berbuah kekecewaan
Sudah berulangkali kegagalan itu mewarnai perjuangannya
Saat ia berharap kering justru banjir yang datang
Saat ia berharap basah justru kekeringan yang melanda
Tak ada yang ambil peduli pada derita pak tani
Padahal ujung dari derita pak tani adalah derita kita juga
Setiap tetes keringat petani ada doa yang memohon tumbuhnya sebulir padi
Yang akan menjadi pengganjal perut kita dari kelaparan
Haruskah ini terus berulang dan berulang  ?    

Kendari 13/08/2020

Terinspirasi dari keluhan para petani sawah

Di Daerah Irigasi Labibia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline