Dalam tatapan malam yang temaram
Ada sukacita yang beranjak pergi
Hanya terhibur mimpi tentang puisi hidup dan cahaya matahari yang akan terbit
Namun pagi tetap saja membuatku patah hati.
Duh! mengapa hanya mimpi yang menghibur
Aku terbelenggu pada senyum yang dilemparkannya
Pada lirikan matanya, yang binarnya membawaku kembali ke masa lalu
Pada renyah suaranya, yang mendayu mengetuk pintu hasrat
Malam temaram itu.....
Seakan seluruh jagad menertawai
Hati tenggelam dalam luapan pedih yang mengiris laksana sembilu
Merajam roh kesepian hingga terkapar
Bagaimana pun pagi yang ku nanti juga suram
Begitu gemetar mengintai dari jauh
Berisi badai yang mendengus lapar ingin memangsa tubuhku
Adakah yang lebih mengancam di sana ?
Seperti merangkak aku tak mampu beranjak
Membawa kehendak hasratku dari malam yang lapar ini
Di ujung subuh yang ceria belum juga kesedihanku tersapu
Aku sungguh tidak mampu bangkitkan
hatiku agar ceria pada semilir angin
Rahasia malam terus menerus menjadi tirai.
Dari seluruh hembusan angin yang menghembus ataupun yang terhembus
Dari ngarai-ngarai diantara celah perbukitan
Dari payung mendung yang melenguh di antara kaki badai
Haruskah asa ini pasrah hanya terhibur oleh mimpi ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H