Lihat ke Halaman Asli

Gesit Temani Si Kecil yang Aktif

Diperbarui: 20 Oktober 2017   21:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memiliki buah hati berumur dua tahun memaksa saya berolah raga setiap hari. Pagi hari saat hendak ke pasar, ia selalu meminta ikut. Berjalan bersama, sesekali kami berlari dan ketika lelah, si kecil minta digendong. Itulah salah satu alasan saya juga mengajak ayah si kecil ikut serta. Membawa beban belanjaan ditambah menggendong anak sambil berjalan jauh rasanya terlalu perkasa. 

Tak disangka, kegiatan itu membuahkan banyak manfaat. Selain mempererat ikatan keluarga kami, menyehatkan badan, si kecil bisa mengenal hal-hal baru. Di tengah perjalanan, ia bisa melihat anak-anak yang lebih dewasa bersiap pergi ke sekolah, kucing, ayam, bebek sampai bunga-bunga yang kami lihat pun jadi topik pembicaraan yang akhirnya menambah perbendaharaan kosakatanya.

Sering, misalnya, sambil berlari ia bertanya "mama itu apa?". Saya jawab, "itu kupu-kupu, nak. Bagus ya kupu-kupunya warna kuning. Tuh dia terbang." Lain waktu, ketika melihat saya memakai baju berwarna kuning, si kecil berkata, "mama itu warna kuning bajunya ya, kaya kupu-kupu." Luar biasa senangnya saya, melihat ia bisa mencerna penjelasan saya yang sambil lalu itu.

So, manfaat lari pagi seorang emak-emak bisa berfungsi banyak. Belanja sayur sambil mengedukasi buah hati juga quality time keluarga bisa dilakukan dalam satu paket.

So, ide-ide yang berhubungan dengan aktivitas lari pagi seperti yang bakal berlangsung pekan depan, sebenarnya menarik perhatian saya juga sebagai ibu-ibu. Meski saya sendiri belum bisa ikut, minat untuk menyaksikannya ada sih. Sekalian si kecil pun bisa dikenalkan dengan lomba-lomba seperti ini. selain, karena dia juga suka melihat keramaian.

Bagaimana dengan ibu-ibu yang punya batita tapi ingin mengikuti lomba-lomba begini? Sebenarnya tak ada masalah, sebab anak memang bukan masalah. Itu kata Pak Suami, bukan kata saya. Dipikir-pikir ada benarnya juga.

Kenapa, karena yang sering menjadi masalah itu memang cara kita berpikir saja. Misal saja, muncul semacam pikiran bahwa dengan punya anak, mana masih kecil lagi, so kecil pula kesempatan melakukan banyak hal lain.

Kenapa mengecilkan peluang melakukan banyak hal lain semisal lomba atau acara-acara sehat lain, kelihatannya mungkin kita sendiri yang mengecilkan sudut pandang.

Menurut saya sih, menjadi ibu bukanlah akhir dari segalanya. Artinya kesempatan melakukan berbagai aktivitas disukai tetap terbuka kalau saja kita membuka diri.

1. Niat kuat

Dalam niat ada sugesti, dan sugesti ini pastinya menjadi semacam suplemen untuk motivasi. Makin besar "suplemen" ini maka tentunya makin besar semangat melakukan apa yang direncanakan, entah lari pagi, sekadar jalan pagi, dan memanfaatkan waktu pagi untuk banyak aktivitas positif lainnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline