Saat ini hampir semua mata, semua pikiran bertumpuk pada satu titik, yaitu PEMILU. Semua momentum, baik berita bencana, maupun berita kesukaan menjadi alat untuk saling menaikkan diri. Bila bukan diri masing-masing, masih ada partai pengusung serta kendaraan media mereka masing masing yang mengobarkan semangat janji-janji para calon kepada pemilihnya.
Apapun yang menjadi visi dan misi mereka masing masing, sebagai janji manis mereka kepada konstituen mereka, akan menjadi bahan pertimbangan bagi para pemilih bahwa tidak lagi mereka memilih seperti main tebak tebakan, sebab masyarakat sudah "pintar". Dan saking "pintarnya" masyarakat, mereka pada akhirnya nanti akan melakukan tindakan "bodoh", yaitu menikmati serangan fajar para calon.
Tidak juga penulis menyangkal hal tersebut, sistem yang sudah dibuat KPU dalam menghadapi PEMILU 2014 tidak menjadi jaminan yang layak bagi para pemilih yang "idealis", seperti yang sudah dikatakan oleh Presiden Indonesia, bahwa akan sangat sulit untuk melakukan kecurangan pada PEMILU 2014, dengan sistem baru yang dibuat oleh KPU.
Lalu apa yang harus dilakukan untuk mengantisipasi hal tersebut, sedangkan aturan aturan yang telah dibuat oleh KPU sudah dilanggar,termasuk partainya Presiden sendiri. Nah, mungkinkah diberikan lagi pendidikan etika humanis dan etika sosial budaya kepada orang orang partai yang notabene menggaungkan perubahan di segala bidang. Entahlah. Harapan selalu ada untuk itu, walaupun harapan itu dengan sendirinya akan pupus seiring berjalan waktu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H