Dalam tiga bulan terakhir, Indonesia mengalami deflasi yang menarik perhatian berbagai pihak. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pada Juli 2024 Indeks Harga Konsumen (IHK) mengalami penurunan dari 106,28 (Juni 2024) menjadi 106,09. Penyebab deflasi beruntun tersebut adalah penurunan harga sejumlah komoditas pangan dan supply yang berlimpah. Pada Juli 2024, tingkat deflasi kelompok pengeluaran makanan, minuman, dan tembakau terdalam sejak November 2022, yakni 0,97% dengan kontribusi sebesar 0,28% (Badan Pusat Statistik, 2024). Deflasi merujuk pada penurunan harga barang dan jasa secara umum.
Hal ini menguntungkan bagi konsumen. Namun dalam konteks ekonomi Indonesia, deflasi justru mencerminkan penurunan permintaan agregat yang mengindikasikan melemahnya aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat. Fenomena ini memicu kekhawatiran terjebaknya perekonomian Indonesia dalam spiral deflasi yang sulit diatasi. Jika terus berlanjut maka dalam jangka panjang akan berisiko menghambat pertumbuhan ekonomi Indonesia (Masitoh, 2024).
Dampak Deflasi terhadap Perekonomian
Deflasi, yang ditandai dengan penurunan umum harga barang dan jasa, seringkali disebabkan oleh penurunan permintaan agregat di pasar (Estherina, 2024). Dalam situasi deflasi, meskipun harga barang dan jasa menurun, daya beli masyarakat tidak selalu meningkat secara signifikan karena faktor lain seperti stagnasi pendapatan dan ketidakpastian ekonomi yang memengaruhi kepercayaan konsumen. Ketidakstabilan ekonomi yang diperburuk oleh ketidakpastian global serta ketidakmampuan pemerintah untuk merangsang pertumbuhan ekonomi lebih lanjut juga dapat memperburuk kondisi ini dengan menghambat pemulihan daya beli masyarakat. Jika dilihat dari sisi makro, penurunan harga yang diakibatkan turunnya permintaan menjadi sinyal peringatan bagi pemerintah karena menunjukkan konsumsi rumah tangga ikut menurun. Hal ini berpotensi menurunkan kontribusi konsumsi rumah tangga terhadap pertumbuhan ekonomi, mengingat konsumsi rumah tangga menjadi kontributor utama pertumbuhan ekonomi (Nadeak, 2024).
Deflasi juga dapat menurunkan investasi. Dari sisi pengusaha atau investor, saat terjadi deflasi akan memperkirakan bahwa harga akan terus menurun, sehingga keuntungan dari investasi baru akan menjadi lebih rendah daripada yang diharapkan sebelumnya. Jika prospek keuntungan berkurang, pengusaha mungkin memilih untuk menunda atau membatalkan rencana investasinya. Pengusaha menganggap bahwa biaya proyek investasi akan lebih tinggi dibandingkan dengan potensi keuntungan yang diperoleh.
Lebih lanjut kondisi ketidakpastian ekonomi yang terjadi akibat deflasi dapat menyebabkan pengusaha akan lebih berhati-hati dalam melakukan investasi (Chusna, 2024). Dampak deflasi lainnya adalah naiknya tingkat pengangguran akibat perusahaan mengurangi produksi dan menunda investasi (Saputri 2024). yang tepat maka deflasi yang terjadi pada bulan Juli 2024 dapat menimbulkan dampak negatif yang luas terhadap perekonomian. Penurunan konsumsi rumah tangga akan menyebabkan penurunan pendapatan dunia usaha. Pada akhirnya pengusaha akan mengurangi jumlah pekerja atau jam kerja. Dalam jangka lebih panjang jika hal ini terus terjadi maka dapat menimbulkan stagnasi atau penurunan upah (Saputra, 2024).
Upaya Mengatasi Dampak Deflasi terhadap Perekonomian
Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengatasi dampak deflasi terhadap perekonomian. Pertama, dari sisi kebijakan moneter, menurunkan suku bunga untuk mendorong pinjaman dan investasi. Dengan menurunkan suku bunga, biaya pinjaman menjadi lebih rendah, sehingga mendorong konsumen dan perusahaan untuk berinvestasi dan berbelanja lebih banyak. Hal ini akan membantu meningkatkan permintaan barang dan jasa yang menurun selama deflasi. Kedua, dari sisi kebijakan fiskal, meningkatkan belanja publik untuk menstimulasi perekonomian. Pemerintah dapat meningkatkan belanja pada proyek-proyek infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan mendorong aktivitas ekonomi. Hal ini juga akan membantu meningkatkan permintaan agregat di pasar.
Ketiga, memberikan bantuan sosial kepada masyarakat berpenghasilan rendah sehingga dapat membantu meningkatkan daya beli dan mengurangi tekanan deflasi. Keempat, memberikan subsidi kepada sektor-sektor yang paling terdampak deflasi. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan operasional dan pekerjaan di beberapa sektor seperti manufaktur, perhotelan dan pariwisata, ritel, energi, serta konstruksi. Kelima, menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui berbagai insentif, seperti pengurangan birokrasi dan pemberian insentif pajak bagi investor. Hal ini dimaksudkan untuk menciptakan lingkungan yang menarik bagi investor asing untuk berinvestasi sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
Fenomena deflasi di Indonesia membawa dampak besar yang signifikan terhadap perekonomian. Meskipun deflasi dapat meringankan beban masyarakat melalui penurunan harga barang dan jasa, namun kondisi ini justru mengindikasikan melemahnya aktivitas ekonomi dan daya beli masyarakat. Selain itu juga Komisi XI DPR RI perlu memperkuat pengawasan terhadap kebijakan moneter dan fiskal, seperti mendukung peningkatan investasi dalam sektor-sektor strategis, pemberian bantuan sosial, pemberian subsidi, serta menciptakan iklim investasi yang kondusif. Dengan upaya yang tepat dan sinergi antara berbagai pihak, Indonesia diharapkan dapat menghadapi tantangan deflasi secara lebih baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H