Lihat ke Halaman Asli

Chrisya DA

Pelajar sok tahu, tapi keseringan bener sih

Sekilas Membaca Strategi Penjualan Berbasis Green Environment

Diperbarui: 12 Maret 2020   12:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Lektur.ID


Permasalahan sampah plastik sudah menjadi isu besar yang menjadi sorotan banyak orang. Sejumlah komunitas pecinta lingkungan bermunculan mengadakan kampanye plasticless. Permasalahan sampah plastik juga disorot oleh pemerintah dari banyak negara.

Di Indonesia sempat diberlakukan biaya tambahan bila menggunakan kantong plastik untuk muatan belanjaan di supermarket, swalayan, dan sejenisnya. Namun kebijakan tersebut tidak bertahan lama karena partisipasi masyrakat untuk mendukung plasticless tersebut juga sangat rendah. Masyarakat lebih memilih membayar lebih untuk menggunakan kantong plastik ketimbang membawa kantong belanjaan sendiri atau memasukan belanjaan kedalam tas. Hanya beberapa pusat perbelanjaan saja yang masih konsisten memberlakukan kebijakan tersebut. 

Bali merupakan contoh daerah di Indonesia yang cukup sukses dalam menjalankan prinsip plasticless. Sudah banyak tempat makan dan minum yang mendukung kampanye plasticless. Misalnya dengan mengganti sedotan plastik dengan sedotan berbahan dasar organik. Masyarakatnya juga sudah banyak yang memakai sedotan dari stainless steel

Beberapa industri food and beverage juga sudah banyak yang mulai memberlakukan dan mendukung kampanye plasticless dalam mewujudkan green environment. Beberapa mengadakan kampanye green day yang ada di setiap bulannya dengan membawa tumbler sendiri, dan akan mendapatkan potongan harga tertentu. Kemudian memberlakukan kebijakan baru dengan mengganti sedotan plastiknya dengan sedotan berbahan dasar paper

Sekilas kita bisa melihat upaya proaktif dari sejumlah industri food and beverage tersebut. Beriringan dengan mulai dipakainya sedotan berbahan dasar paper tersebut dikeluarkan juga iklan produk berupa reusable straw, mirip dengan sedotan berbahan dasar stainless steel.  Namun, bila melihat dengan kacamata pemasaran/penjualan perspektif industri, kita bisa melihat adanya upaya penjualan berkedok pro green environment. Tentu saja bila menggunakan sedotan berbahan dasar paper maka rasa dari minuman akan berubah, meski hanya sedikit. Sehingga banyak konsumen yang pada akhirnya akan memilih untuk alternatif sedotan. Bisa dengan membawa sedotan berbahan dasar stainless steel sendiri, atau membeli reusable straw yang disediakan/dijual oleh toko/kafe bersangkutan.

Selain terlihat bahwa kita proaktif untuk mewujudkan green environment, secara kelas sosial juga bisa merepresentasikan diri sebagai konsumen loyal dari store food and beverage tersebut. Akan menjadi hal yang dimaklumi bila harga jual dari produk yang ditawarkan tersebut masuk akal. Namun, bila harganya terbilang sangat mahal untuk produk sejenis, maka akan membuat kita berpikir adanya komersialisasi dari hal berkedok pro green environment




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline