Zaman sekarang, kasus kemacetan lalu lintas sudah menjadi masalah besar.
Bagaimana tidak ?
Di setiap sudut kota, kemacetan pasti selalu ada sekali pun di jalan tol. Banyak yang menganggap ini masalah kecil, tapi yang lainnya memnganggap ini masalah besar.
Kita ambil saja kasus kemacetan lalu lintas yang sangat sering terjadi di Jakarta. Hamper setiap harinya para penduduk yang ada di Jakarta mengalami kejenuhan ketika berada di dalam mobil / bus ataupun sedang mengendarai motor. Mereka harus menunggu lama untuk segera jalan dan sampai ke tempat tujuannya.
Terkadang bahkan ada yang sampai meluapkan emosinya. Ada yang hanya santai menunggu karena baginya ini adalah hal yang wajar, ada yang mencoba menjalankan kendaraannya dan menambah kemacetan lagi.
Mengapa kemacetan lalu lintas bisa terjadi ?
Ini terjadi karena ulah kita sendiri, yakni :
Tingkat keegoisan yang sangat tinggilah yang mempertahankan kemacetan ini selalu ada.
Ketidaktaatan seseorang akan rambu – rambu lalu lintas.
Ketidakpastian polisi lalu lintas dalam menerapkan kedisiplinan lalu lintas.
Terlalu banyaknya kendaraan yang dimiliki oleh penduduk sehingga jalan dipenuhi kendaraan.
Perlu kesadaran dari masing – masing pihak untuk mengurangi kemacetan lalu lintas yang ada.
Tidak aka nada kemacetan lalu lintas apabila semua penduduk menghargai peraturan yang ada. Karena pada hukumnya , aturan itu dibuat untuk ditaati bukan untuk dilanggar.
Apabila kemacetan lalu lintas sudah bisa teratasi, maka seluruh penduduk pun tidah akan pernah mengeluh ataupun merasakan emosi yang tinggi dalam perjalanannya. Sudah pasti rasa nyaman dan aman yang dirasakan selama mengendarai kendaraannya.
Tetapi, kenyamanan ini juga didukung atas kerjasama penduduk dan pemerintah. Pemerintah membuat peraturan, rakyat haruslah menghargainya.
Rakyat mematuhinya, maka pemerintah juga harus meningkatkan kedisiplinan dalam mengatur rambu – rambu lalu lintas.
Oleh sebab itu, sudah seharusnya kita menghargai peraturan mengenai lalu lintas yang telah dibuat pemerintah agar kemacetan lalu lintas tidah terjadi lagi.
Created by : Christty Sitompul , Mahasiswa Universitas Diponegoro
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H