Lihat ke Halaman Asli

Christovita Wiloto

Christovita Wiloto, Sangat mencintai Indonesia, lahir di Cilincing di akhir tahun 60an, penulis buku The Power of Public Relations dan Behind Indonesia's Headlines. Pendiri Indonesia Young Entrepreneurs dan Strategic Indonesia.

Mengkritik

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14099949071844842983

Sahabat, "Mengkritik" adalah satu hal yang unik, saya pribadi melihatnya bukan suatu tindakan yang negatif, justru positif

Mungkin Frase (Phrase) yang pas untuk mengkritik adalah
"Kalau bisa tidak alergi kritik, kenapa harus alergi?"
"Kalau bisa tidak marah dikritik, kenapa harus marah?" Atau
"Kalau bisa nyaman dikritik, kenapa harus tidak nyaman?"

Tentu kritik dengan kadar tertentu dan dengan niat positif untuk membangun.

Memang kita harus berjuang keras untuk bisa nyaman dikritik, saya pun sering merah telinga dan emosi ketika dikritik, namun saat emosi reda, saya pun menyadari pentingnya kritik bagi hidup saya.

Kritik menjadi sangat penting di Indonesia, karena khusus kondisi di Indonesia ini, MAAF, sudah seperti masyarakat yang hidup di dekat WC, awalnya tidak nyaman akan "bau WC", namun lama kelamaan "bau WC" sudah tidak tercium lagi dan berabenya bahkan kita menjadi "nyaman"

Perumpamaan tadi bisa kita lihat dengan:
Buang sampah sembarangan
Tidak mau antri
Praktek menyuap (bukan pungli saja) karena banyak dari kita yg suka diperlakukan khusus, sehingga gemar menyuap, tipping, dll kepada petugas, aparat dll yg akhirnya merusak mental mereka
Sistem pendidikan kita
Sistem kesehatan kita
Sistem transportasi kita
Mafia BBM
Mafia Migas
Mafia beras
Mafia terigu
Dll yang terlalu banyak terjadi di Indonesia dan sudah dianggap menjadi suatu hal yang wajar dan normal.

Nah dalam kondisi ini justru diperlukan kritik, mereka yang mencium "bau tak sedap" pun mulai melakukan kritik, bersyukurlah Indonesia sebagai negara pengguna media sosial yang besar, karena kritik-kritik itu dapat segera tersalurkan dan segera pula difollow up.

Revolusi Mental justru berangkat dari kritik orang-orang yang masih bisa "mencium aneka bau-bau tidak sedap" itu

Bagaimana menurut pendapat Sahabat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline