Lihat ke Halaman Asli

Balas Budi

Diperbarui: 11 November 2023   09:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Dikala itu saya jatuh sakit, awalnya hanya mengira itu hanyalah sakit ringan yang mungkin proses penanganannya hanya sebentar saja. Hingga akhirnya, saya memilih untuk pergi mengantarkan diri ke Rumah Sakit, menyampaikan semua keluhan yang saya alami. Dokter pun memeriksanya, setelah diperiksa ternyata keputusannya harus ke meja operasi. Dengan kondisi saat itu saya tidak mengantongi Surat Rujukan Dari Puskesmas Setempat, akhirnya dokter memberi saya saran agar segera ke Rumah sakit Swasta untuk proses pendaftaran selanjutnya, jika di rumah sakit swasta maka tidak perlu dibawakan surat rujukan.

Saya Kemudian menyetujui semua permintaan dokter, dan melanjutkan perjalanan ke Rumah Sakit swasta, disana saya melakukan registrasi dan pendaftaran, setelah selesai. saya di panggil masuk ke ruang pemeriksaan pasien untuk segera di infus dan diharuskan puasa sebelum lanjut ke tindakan operasi. Saya dengan rasa ragu menolak untuk di infus, kemudian meminta izin sejenak untuk kembali ke kos, menyiapkan beberapa kebutuhan di Rumah Sakit nanti.

Setelah itu yah saya kembali lagi ke rumah sakit dengan saudara, dan hal yang paling membuat saya trauma adalah proses awal pemasangan Infus pada Tangan. Sungguh, Itu menyakitkan. Menangis adalah cara terbaik untuk meluapkan rasa sakit yang saya rasakan saat itu. Mata Terasa Gelap, Kepala Pusing, yantg di akibatkan oleh pemasangan infus yang macet. Yah sekitar 3 kali baru berhasil pemasangan infusnya.

Malamnya sambil menunggu waktu operasi, ternyata ada Teman Terdekat Saya, yang luar biasa peduli, dan Juga ada beberapa Keluarga yang datang di saat itu, ada yang menitipkan snack, Air mineral, bantal, dll. Hal itu tidak membuat saya lupa akan semua pengorbanan mereka, bahkan saudara saya pun tidak akan pernah saya lupakan seluruh pengorbanannya.

Ucapan Terima Kasih Saya Kepada Mereka, Saudara Saya ( Feldy ), Teman Dekat Saya ( Dicky S, Haekal S, Muhajir I ) Istri Kepsek ( Ibu Rosi ), Kedua Ibu Kepsek ( Ibu Novi dan Ibu Guyen ). 

Terima Kasih Untuk Segala Nya, dan Teman Sekerja Terima Kasih Atas Beberapa Donasinya,

Pihak Gereja, Terima Kasih Untuk Donasinya

Terima Kasih Juga Untuk Beberapa Orang yang luar biasa saat selesai operasi masih peduli, dan seringkali mengirimkan sesuatu untuk proses pengobatannya. Saya akan selalu ingat setiap pertolongan kalian....

Saya akan selalu ada jika di butuhkan, dengan senang hati saya akan membantu sebisa mungkin....

Ini pengalaman saya, dan akan berusaha mengubah cara, dan perilaku menjadi lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline