Lihat ke Halaman Asli

Christo Santos

Sang Musafir Sajak

Dosa Agama Atau Dosa Manusia

Diperbarui: 18 Desember 2021   22:09

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Agama selalu dianggap sebagai suatu paham kebenaran sejati, kebenaran untuk mencapai kebahagiaan tertinggi yakni memuja TUHAN Yang tidak Kelihatan tetapi keberadaannya diyakini oleh manusia. Manusia menjadikan agama sebagai pusat sentral kehidupan dan tidak segan-segan membela TUHAN atas nama agama bahkan tidak sedikit agama mengklaim diri sebagai pemilik kebenaran absolut yang diberikan langsung oleh TUHAN sebagai bentuk yang tertinggi. Dikatakan Yang Tertinggi karena diyakini menciptakan semesta dengan firman atau sabdaNya.

Sejarah mencatat perang besar manusia atas nama agama dan TUHAN yang mereka yakini pernah terjadi seperti perang pembebasan dalam (Kitab Suci Yahudi, Kristen, dan Islam) perang salib antara Kristen dan Islam yang terjadi selama ratusan tahun. Banyak pembunuhan, kelaparan dan penyakit terjadi. Semua itu semata-mata untuk membela TUHAN yang mereka anut padahal tidak sedikit ajaran manusia yang mengutamakan kemanusiaan terutama membunuh diyakini dosa.

Ketika manusia membunuh atas nama TUHAN, berdosakah agama itu ataukah manusia yang berdosa? Tentu saja tidak sedikit agama yang menyatakan bahwa membunuh untuk membela agama itu adalah kebenaran.

Ada dua sudut pandang tentang agama yang diambil [dibatasi oleh penulis meski banyak aliran tidak percaya akan TUHAN]: Dari sudut pandang agama, salah satu tokoh Islam Indonesia Gus Dur pernah menulis sebuah artikel di Tempo pada 28 Juni 1982 berjudul: "TUHAN Tidak Perlu Dibela". Singkatnya isi artikel seperti ini; Kebenaran ALLAH tidak akan berkurang sedikitpun dengan adanya keraguan orang. Maka ia pun tenteram. Tidak lagi merasa bersalah berdiam diri. TUHAN tidak perlu dibela , walaupun juga tidak menolak untuk dibela."

Sementara dari sudut pandang kaum fanatik ilmuan sains seperti Charles Darwin dan Richard Dawkins (masi banyak lagi) menolak kebenenaran tentang TUHAN dan konsep-konsep keagamaan. Hal ini tentu saja memicu perang konsep agama dan sains dengan pemikiran solutif dianggap jalan kebenaran. Charles Darwin jelas menolah konsep agama tentang penciptaan dengan teori evolusi dan sementara Richard Dawkins menerbit beberapa buku untuk menentang otoritas agama yang sangat berkuasa tentang penciptaan salah satunya adalah The God Delusion (2006). Pernyataan yang ia lontar sebagai berikut: "Saya menolak agama karena agama mengajarkan kita untuk puas saja meski tidak tahu apa-apa soal dunia tempat kita hidup".

Agama dan sains selalu bertentangan bagi sebagian orang. TUHAN harusnya tidak perlu dibela dengan menentang kemanusian dari manusia, mestinya keyakinan selalu diimplentasikan lewat perbuatan bijak, yang kuat melindungi yang lemah dan yang lemah menghormati yang kuat. Jadi bagaimana kita melihat situasi dari sisi kemanusiaan dan mengesampingkan perbedaan.

Jadi membutuh atas nama agama dan TUHAN tetap saja dosa yang mesti ditanggung oleh manusia sementara agama hanya sekelompok orang menerapkan cara pandang manusia terhadap TUHAN. Harusnya TUHAN tidak perlu dibela jika manusia meyakini TUHAN sebagai kebenaran tertinggi. Mari memuja TUHAN dengan konsep yang berbeda untuk kemanusiaan bukan menghakimi manusia atas nama TUHAN.

Atambua, 18 Desember 2021.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline