Mengapa Gen Z di Indonesia Banyak Mengalami Pengangguran?
Gen Z adalah generasi yang lahir antara tahun 1997 dan 2012, saat ini menjadi kelompok usia muda terbesar di Indonesia. Namun sayangnya generasi ini juga mendominasi angka pengangguran di Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada Februari 2023, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) untuk Gen Z mencapai 16,88%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan generasi milenial yaitu 13,69% dan generasi X yaitu 8,10%.
Lalu, apa saja faktor yang menyebabkan tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z di Indonesia? Berikut beberapa di antaranya:
- Ketidakcocokan Keahlian dengan Kebutuhan Pasar Kerja : Salah satu faktor utama adalah ketidakcocokan antara keahlian yang dimiliki Gen Z dengan kebutuhan pasar kerja. Sistem pendidikan di Indonesia saat ini masih banyak yang berfokus pada teori dan kurang menekankan pada keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja. Hal ini menyebabkan banyak Gen Z yang lulus sekolah atau universitas tidak memiliki keahlian yang sesuai dengan lowongan pekerjaan yang tersedia.
- Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi : Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat dalam beberapa tahun terakhir juga berdampak pada tingginya angka pengangguran. Lambatnya pertumbuhan ekonomi menyebabkan berkurangnya jumlah lapangan pekerjaan yang tersedia, sehingga semakin sulit bagi Gen Z untuk mendapatkan pekerjaan.
- Disrupsi Teknologi : Perkembangan teknologi yang pesat juga turut menyumbang pada tingginya angka pengangguran Gen Z. Banyak pekerjaan yang sebelumnya dilakukan oleh manusia kini telah digantikan oleh mesin dan teknologi, sehingga banyak Gen Z yang kehilangan pekerjaan.
- Kurangnya Pengalaman dan Keterampilan Soft Skill : Gen Z umumnya adalah generasi yang baru memasuki dunia kerja. Mereka masih minim pengalaman dan kurang memiliki keterampilan soft skill yang dibutuhkan di dunia kerja, seperti komunikasi, kerjasama, dan problem solving. Hal ini membuat mereka kurang kompetitif dibandingkan dengan pencari kerja yang lebih berpengalaman.
- Budaya Kerja Tradisional yang Kaku : Banyak perusahaan di Indonesia masih memiliki budaya kerja tradisional yang kaku dan hierarkis. Budaya kerja ini kurang cocok dengan Gen Z yang terbiasa dengan budaya kerja yang lebih fleksibel dan kolaboratif. Hal ini membuat Gen Z enggan untuk bekerja di perusahaan-perusahaan tersebut.
Apa yang Bisa Dilakukan?
Untuk mengatasi tingginya angka pengangguran di kalangan Gen Z, diperlukan upaya bersama dari berbagai pihak, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat.
Beberapa hal yang bisa dilakukan antara lain:
Memperbarui kurikulum pendidikan agar lebih fokus pada keterampilan praktis yang dibutuhkan di dunia kerja.
Meningkatkan pelatihan vokasi untuk membekali Gen Z dengan keterampilan yang dibutuhkan oleh industri.
Mendorong pertumbuhan ekonomi untuk menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan.