Lihat ke Halaman Asli

Memangnya Salah Yah, Berpesta Bikini?

Diperbarui: 17 Juni 2015   07:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Beberapa hari yang lalu, saya seperti biasa mendapat berita yang mengejutkan. Yang anehnya, sebenarnya sih, bukan suatu hal yang melanggar hukum. Yep, Splash After Class, acara yang diadakan (baca: pesta pora) untuk calon-eks kelas 12 yang telah selesai menjalani UN.

Sebelumnya, bila kakak-kakak sekalian yang udah selese UN baca ini, saya ucapkan: SELAMAT ATAS UN-NYA! (mudah-mudahan kagak ada yang nyontek. hehehe)

Kalian para anak kelas 12 sudah menjalankan kewajiban kalian sebagai pelajar (semoga nanti saat saya kelas 12, UN sudah dihapuskan. bikin stress tahu). Yang kalau diibaratkan berarti garis finish tuh sudah dilewati. Tinggal tunggu, apakah sesuai dengan hasil minimal yang diharapkan pemerintah. Kalau iya, tinggal cari universitas deh.

Mereka yang sudah selesai melaksanakan UN, pantas berbahagia. Dan menurut saya, ada begitu banyak untuk merayakan kebahagiaan itu: melaksanakan doa bersama, acara amal, flash mob, jalan-jalan, buat film, apa kek. Serah deh. Anak-anak jaman sekarang idenya kagak ada ujungnya. Kagak ada batasnya.

Ini dia masalahnya. Setidaknya bagi sebagian besar orang, harusnya ada batasan-batasan yang tidak dilanggar. Yang paling utama itu batasan hukum, terus agama, baru kewajiban bersama orang tua. Hal-hal yang saya ucapkan diatas menurut saya adalah hal yang lumayan positif. Bermanfaat juga toh kalau berbagi kasih?

Namun bagaimana dengan pesta? Pesta dansa? Nggak salah tuh. Pesta piyama? Agak jauh, tapi yah masih didalam batas kewajaran lah. Tetapi bila sudah menyangkut masalah hukum, contoh, pesta  narkoba, pesta miras, pesta seks, dan merusak sarana-prasarana (serius, ini pesta yang rada ekstrim. Bukan merusak diri sendiri, tapi malah barang orang lain yang dirusak), jelas dilarang keras. Bisa kena pasal berlapis tuh.

Bagaimana dengan pesta bikini di sebuah hotel, bersama dengan entah dari berapa banyak sekolah? Seingat saya, selama itu tidak melanggar hukum, nggak apa-apa. Nggak akan bikin mati, atau merusak barang, atau merusak nama, apabila batas kewajaran hukum masih dipatuhi. Dan pada deskripsi Splash After Class, mereka berkata 'no drugs, no weapon, no fear'.

Anggap aja itu kayak pesta kostum. Iya nggak? Terus di kolam renang. Makan bareng, ngobrol bareng, nyanyi bareng, ngedugem bareng (inget batasan ya nak!). Nggak melanggar hukum, heeh nggak?

Bagaimana dengan respon masyarakat? Ah, ternyata banyak yang enggak setuju. Pak Ahok yang juga sekepercayaan dengan saya pun tidak setuju. Pemuka agama, kepala sekolah, dan tokoh-tokoh lainpun mengutarakan hal senada. Alasan: moral, nama, agama, dan anggapan masyarakat. Tidak heran sih, beda ladang beda ilalang.

Maksud? Kita tinggal di Indonesia. Dibentuk di Indonesia. Serta berkembang di Indonesia. Maka, kita juga akan mengikuti kebudayaan Indonesia, yang didominasi oleh kebudayaan Asia dan Timur Tengah (percayalah, saya nggak rasis. Tapi ini benar kok!). Ciri-cirinya: bersifat berkelompok (satu orang dapat menjatuhkan nama organisasinya, atau lingkungannya), dan dibentuk oleh perkataan orang sekitar. Beda dengan daerah barat, mereka lebih idividualis. Dimana kalau Anda melakukan suatu kesalahan, itu adalah kesalahan Anda. Orang-orang tidak akan menghubungkannya dengan orang tua Anda, atau saudara Anda. Atau teman Anda. Atau tetangga Anda. .

Intinya, kalau Anda malu-maluin disini, Anda akan dicerca habis oleh lingkungan Anda. Dan itu termasuk sekolah Anda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline