Lihat ke Halaman Asli

Etika Sosial dan Konsep Negara Menurut Thomas Hobbes

Diperbarui: 29 Maret 2022   21:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

ETIKA SOSIAL DAN KONSEP NEGARA MENURUT THOMAS HOBBES

 Tesis

Epistemologi dan etika manusia dari Thomas Hobbes menjadi salah satu yang paling banyak dibahas. Gagasannya tentang 'Homo Homini Lupus' menjadi semacam motto yang sering didengungkan banyak orang. Pengalaman hidup dan ide-idenya tentang tatanan masyarakat menjadi topik yang menarik untuk dibahas pada bagian ini.

Argumentasi Thomas Hobbes

Thomas Hobbes mempunyai pandangan bahwa filsafat harus terlepas dari unsur-unsur teologis. Kajian filosofis haruslah obyek-obyek yang bisa dialami oleh manusia. Hobbes menolak dengan tegas konsep metafisika tradisional yang memulai konsep Allah sebagai penyebab pertama kenyataan. Menurutnya, materi dan gerak merupakan penyebab pertama kenyataan itu. 

Dengan kata lain, pandangan Hobbes tentang epistemologi adalah berdasarkan pengalaman empiris yang terobservasi. Setiap manusia akan mengalami suatu pengalaman hidup, dari pengalaman itu kemudian manusia akan mengobservasinya hingga akhrinya menjadi sebuah pengetahuan.

Selain itu Hobbes juga mempunyai sebuah pemikiran tentang nominalisme, yakni bahwa kata-kata hanya sebagai tempelan pada benda. Dasar dari semua pengetahuan adalah pengalaman, oleh karena itu kata-kata hanya ditempelkan pada suatu benda tanpa ada kenyataan dalam dirinya, yang menjadi kenyataan adalah pengalaman akan benda-benda yang sudah diverifikasi secara empiris.

Etika

Etika dari Thomas Hobbes mengacu kepada kehidupan manusia. Menurutnya, perasaan-perasaan yang dialami manusia merupakan hasil dari pengalaman luar yang masuk ke dalam alam pikir manusia melalui pancaindera dan kemudian dari situ menghasilkan reaksi-reaksi untuk mendekati atau menjauhi obyek tertentu. 

Dalam hal ini Hobbes membagi reaksi itu menjadi dua bagian. Reaksi pertama disebut 'nafsu'. Reaksi ini terjadi apabila manusia mengalami sesuatu yang menyenangkan atau menggembirakan dan kemudian manusia itu mendekatinya, contohnya rasa nikmat, gembira, cinta, dll. Sementara reaksi yang kedua adalah 'pengelakan'. 

Reaksi ini terjadi apabila manusia mengalami sesuatu yang menyakitkan, dan kemudian bergerak menjauhinya, contohnya adalah benci, kesedihan, rasa takut, dll. Kedua reaksi ini terus menerus ada di dalam diri manusia. Keduanya akan bersaing dan kemudian yang menang akan menghasilkan sebuah 'kehendak'.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline