Blitar, pasti masyarakat Indonesia tidak asing dengan nama Kota ini. Kota Sang Proklamator ini terkenal akan buah-buahannya yang unik. Belimbing Karangsari yang merupakan varietas khas dari kota ini menjadi maskot yang mencirikan Blitar sebagai kota yang memiliki sektor pertanian yang unggul. Selain Belimbing, Nanas dan Rambutan Blitar juga turut menjadi buah yang mencirikan unggulnya produksi varietas buah-buahan khas Blitar.
Sektor agraris yang mencakup pertanian, kehutanan, perkebunan dan perikanan menjadi penyumbang terbesar PDRB Blitar tahun 2021 yang mencapai 32% dari total seluruh PDRB Kabupaten Blitar berdasarkan harga berlaku.
Sub-sektor perkebunan yang termasuk dalam sektor agraris juga mengalami peningkatan produksi, terhitung dari relatif bertambahnya jumlah produksi hasil perkebunan di kabupaten ini.
PERKEBUNAN
Areal tanaman perkebunan yang terluas di Kabupaten Blitar pada tahun 2021 adalah kakao, tanaman tebu, dan tanaman kelapa. Luas perkebunan tanaman kakao adalah 4,52 ribu ha, luas tanaman tebu adalah 8,16 ha, perkebunan paling luas yang perkebunan tanaman kelapa yaitu 18,16 ribu ha, dan yang tidak kalah terkenal lagi yaitu perkebunan kopi.
KAKAO
Kakao misalnya, pada 2021 sebanyak 2,67 ribu ton kakao berhasil diproduksi, naik sebanyak 0,02 ribu ton dari tahun sebelumnya yang mencapai angka 2,65 ribu ton.
Tentunya jumlah produksi yang besar ini harus dibarengi dengan efisiensi produk secara ekonomi. Pengembangan UMKM berbasis sumber daya yang tersedia akan dapat menjadi ladang rezeki baru bagi masyarakat.
Di Kecamatan Kademangan, Kampung Coklat merupakan salah satu efisiensi produk hasil perkebunan Kakao menjadi olahan coklat yang berdaya saing. Awalnya kakao hanya difungsikan untuk ekspor, kini kakao dapat diolah dan dijajakan langsung di tempat. Hal ini tentunya memiliki dampak positif dalam hal ekonomi dimana terjadi penyerapan tenaga kerja dan peningkatan taraf hidup masyarakat sekitar.
KELAPA
Kelapa pada tahun 2021 mencapai 21,42 ribu ton yang berhasil diproduksi. Jumlah produksi besar ini juga sia-sia jika dijual hanya sebagai bahan mentah, masyarakat dan pemerintah di Blitar juga harus mengembangkan hasil perkebunan kelapa tersebut.