Lihat ke Halaman Asli

Jurnalisme Online dan Demokrasi

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos


Era new media mulai berkembang di dalam kehidupan kita. Berbagai kemudahan yang ditawarkan oleh internet bisa kita rasakan manfaatnya. Dengan hanya duduk diam tanpa harus mengeluarkan banyak tenaga, kita bisa menjelajah dunia melalui internet. Tak hanya itu, informasi yang pernah ditampilkan dalam media massa, seperti televisi, radio, maupun media cetak pun juga bisa kita temui di internet. Dibandingkan media massa yang lain, internet memiliki kelebihan daya simpan yang tak terhingga. Segala sesuatu mengenai masa lampau bisa kita telusuri di internet.

Sisi positif dari internet inilah yang coba dimanfaatkan oleh kebanyakan meda massa saat ini. mereka berlomba-lomba membuat versi online dari media mereka. Dengan versi online, diharapkan audiens yang tidak sempat menikmati media massa tesebut bisa tetap mengaksesnya. Memang merupakan sebuah keuntungan bagi kita, namun lagi-lagi yang ditakutkan adalah akan menggeser keberadaan media konvensional lainnya.

Konvergensi media yang saat ini banyak terjadi membuka peluang bagi masyarakat awam untuk juga berpartisipasi dalam menjadi pewarta bagi sesamanya. Ya, dunia jurnalisme online selalu tidak jauh-jauh dengan citizen journalism yang juga merebak seiring perkembangan new media itu sendiri. Walaupun demikian, menjadi seorang citizen journalist yang tidak dinaungi oleh institusi apapun juga perlu belajar-minimal-dasar-dasar jurnalisme.

Indonesia adalah negara yang demokratis. Dengan berakhirnya era Orde Baru, lalu lintas informasi di negara kita tidak lagi dibatasi dan dikuasai oleh pemerintah semata. Sekarang rakyat bisa bebas berpendapat. Apa lagi didukung oleh keberadaan internet yang memiliki situs-situs tertentu dimana masyarakat bisa turut serta berpartipasi di dalamnya. Sifat internet yang tak memiliki penyaring atau filter membuat segala bentuk informasi dan pendapat masyarakat muncul dengan mudahnya. Mau mengkritik tentang kinerja pemerintah, bisa. Mau berkeluh-kesah tentang maraknya korupsi, juga bisa. Mau saling bertukar pikiran juga bisa walaupun belum saling kenal dan terpisah dengan jarak juga bisa.

Kebebasan berekspresi dan berpendapat melalui internet-dalam bentuk jurnalisme online-memiliki sisi positif dan negatifnya masing-masing. Bagi masyarakat, informasi dari internet dapat menembus jarak dan waktu serta menyebar ke mana pun. Hal semacam ini membuat pemerintah tidak sepenuhnya bisa mengontrol informasi yang beredar karena saking luasnya. Nilai positifnya, masyarakat bisa lebih open minded dengan informasi-informasi yang ada, sedangkan hal yang ditakutkan pemerintah adalah munculnya gerakan-gerakan yang dikhawatirkan menentang para diktator.

Sepatutnya kita bersyukur dengan sistem demokratis yang dianut oleh negara kita. Arus informasi apa pun bisa kita nikmati, sekalipun yang menghujat pemerintah. Jika dibandingkan dengan negara-negara di Timur Tengah, demokratisasi di Indonesia dan kebebasan menggunakan internet jauh lebih unggul.

Bagi beberapa negara di Timur Tengah, penggunaan internet amat dibatasi. Negara tersebut adalah Irak, Afghanistan, Syria, dan Lybia. Internet dikhawatirkan memiliki potensi politik yang menentang pemerintah, sehingga megara-negara tersebut mengabaikan manfaat ekonomi dari internet.

Arus informasi yang beredar di internet Indonesia sendiri bisa beragam. Ada yang memang dikeluarkan oleh pemerintah itu sendiri demi keterbukaan informasi publik, ada yang disiarkan oleh media massa yang melakukan konvergensi media, ada pula yang diciptakan oleh masyarakat itu sendiri (citisen journlism) demi membagikan gagasannya. Ketiganya saling berkesinambungan. Ketika informasi dari media-media mainstream dirasa kurang memuaskan, beberapa kelompok masyarakat membuat situs mereka sendiri (misalnya tentang kebudayaan, keagamaan, sosial-politik, dan sebagainya) atau membagi gagasan mereka melalui cara lain.

Citizen journalism yang muncul di internet juga bisa mencakup kritik terhadap pemerintah, bahkan membuka sisi lain dari hal-hal tertentu yang orang awam tidak ketahui. Masalah politik seperti ketidakadilan hukum bisa ditentang melalui gerakan-gerakan tertentu yang diciptakan di dunia maya. Hal ini sangat berpengaruh. Bagaimana masyarakat bisa saling bersatu dan sepaham dengan hal-hal tertentu merupakan kekuatan tersendiri dari internet dan keterbukaan informasi.

Saya rasa ada rasa cemas yang timbul dari pemerintah ketika rakyat mulai membangkang dan saling bahu membahu melawan pemerintah yang rakyat anggap tidak peduli dengan mereka. Di Cina, internet sempat diblokir. Ini tentu membatasi informasi yang dapat diterima rakyat Cina itu sendiri. Di Tajikistan jejaring sosial diblokir presiden karena ada yang menghina dirinya. Di Iran, pemerintah juga mulai memblokir internet. Hampir semua layanan Google (Gmail, dan Google.com itu sendiri) tidak dapat diakses di Iran. Google sendiri merupakan contoh Web 2.0. Web 2.0 bersifat menggabung-gabungkan informasi dari siapapun agar orang lain bisa menikmatinya. Sistem semacam ini seakan seperti supermarket pengetahuan, dimana orang-orang bisa dengan nyaman memperoleh berbagai macam ilmu tanpa harus secara langsung membuka situs tertentu. Ilmu atau informasi yang dibagikan itulah salah satunya terdapat jurnalisme online dari warga. Dengan situasi semacam itu, otomatis kebebasan informasi yang ingin di dapatkan masyarakat menjadi berkurang.

Di Indonesia pun pemerintah sempat memblokir ratusan situs radikal. Tifatul Sembiring selaku Mentri Komunikasi dan Informasi (Menkominfo) menjelaskan bahwa ada ketakutan yang muncul apabila situs-situs radikal tersebut dibiarkan akan memecah belah persatuan Indonesia. Situs-situs radikal tersebut menyebarkan kebencian dan fitnah antar suku, ras, bahkan agama. Dampaknya pun akan terjadi kekerasan yang membawa-bawa kepentingan tertentu.

Melihat berbagai fenomena diatas, semakin jelas bahwa sisi positif dan negatif jurnalisme online-dalam hal ini internet-tidak dapat saling dijauhkan. Ketika satu sisi informasi tersebut mengungkap hal-hal yang selama ini ditutupi oleh pemerintah namun dibutuhkan rakyat, rakyat menjadi semakin kritis dan bebas berekspresi. Akan tetapi ketika informasi yang disebarkan mengandung kepentingan tertentu dan menghasut pihak lain, rakyat menjadi terpecah belah.

Jurnalisme online bisa menjadi kawan sekaligus lawan. Tidak ada agenda seting dalam informasi di internet karena berbagai sudut pandang bisa tercakup di dalamnya. Tidak ada batasan waktu untuk mengakses informasi. Namun segala kenyamanan yang ditawarkan tersebut juga membawa efek atau dampak yang besar bagi penggunanya.

Ketika jurnalisme dalam televisi, radio, dan media cetak sudah mulai tergeser oleh jurnalisme online, disinilah pemerintah juga mulai was-was akan keterbukaan informasi yang diterima masyarakat. Kedepannya bisa-bisa jurnalisme online menjadi ancaman bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan terselubung.

Demokratisasi dan jurnalisme online bisa saling bantu sekaligus saling menjatuhkan disaat yang bersamaan. Dengan adanya jurnalisme online dan teknologi yang canggih saat ini, masyarakat dimodernkan dan pertumbuhan demokrasi menjadi cepat. Potensi yang ditawarkan internet untuk pertukaran informasi antar banyak orang sudah lebih maju daripada upaya-upaya penguasa untuk menjadikannya alat represi. Menurut Leslie D. Simon dalam "Demokrasi dan Internet: Kawan atau Lawan?" ia optimis bahwa internet dan informasi di dalamnya mampu membawa hal positif sekalipun ada sensor. Saya sepakat akan hal ini. Jurnalisme online yang ada dalam internet akan memberikan pengaruh positif bagi demokrasi sebuah negara.

Daftar Pustaka:

Reddick, Randy dan Elliot King (diterjemahkan oleh Masri Maris). 1996. Internet Untuk Wartawan, Internet Untuk Semua Orang. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Simon, Leslie David dkk. 2003. Demokrasi dan Internet: Kawan atau Lawan?. Yogya: Penerbit Tiara Wacana

http://tekno.kompas.com/read/2012/02/14/13100591/Rakyat.Iran.Sulit.Akses.Internet..

Diblokir.Pemerintah (diakses 19 April 2012, Pk. 23.12)

http://forum.detik.com/sekitar-300-situs-radikal-diblokir-pemerintah-indonesia-siiiipppp-t295509.html (diakses 19 April 2012, Pk. 21.56)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline