Tren kewirausahaan di abad 21 adalah para teknoprenur (technology entrepreneur) mendirikan perusahaan-perusahaan rintisan atau populer dengan istilah startup. Virus startup ini mewabah di seluruh dunia dimulai dari negara Amerika Serikat dan Kota San Fransisco sebagai ibukota startup dunia khususnya di Lembah Silikon. Pandemi startup ini kemudian menjalar ke seluruh dunia dengan terciptanya beragam pusat-pusat startup baru di berbagai benua di seluruh dunia. Para generasi muda dimotivasi oleh cerita-cerita kesuksesan dari pendiri startup yang menjadi sukses di usia sangat muda sehingga mereka berlomba-lomba untuk menjadi teknoprenur dan mendirikan perusahaan startup.
Startup dikutip dari dari Eris Ries seorang pakar startup: "startup adalah institusi manusia yang dirancang untuk menciptakan sesuatu yang baru ditengah kondisi ekstrim dan tidak pasti." Intinya bahwa startup merupakan organisasi bisnis atau nirlaba yang dibentuk oleh teknoprenur untuk menciptakan inovasi produk dan jasa dalam kondisi disrupsi dan situasi VUCA seperti bergejolak, tidak pasti, kompleks dan tidak jelas. Kondisi VUCA ini menyebabkan perlunya kemampuan adaptasi startup yang tinggi sebab jika tidak mampu beradaptasi maka tingkat kegagalan dalam bisnis akan meningkat secara drastis. Tingkat pertumbuhan yang sangat cepat juga menyebabkan tingginya kegagalan khususnya bagi pengusaha startup yang baru memulai bisnisnya. Hal ini karena pertumbuhan yang cepat pada satu startup akan menyebabkan startup yang lain akan terdisrupsi dan mengalami kegagalan dalam beradaptasi dan berkompetisi dengan para pesaing startup lainnya.
Startup terdiri dari ekosistem yang membentuk startup itu sendiri. Beragam hal mulai dari finansial, ketrampilan tenaga kerja, infrastuktur teknologi informasi, mentor serta hal-hal lainnya yang dibutuhkan bagi tumbuh kembang bisnis startup startup. Kurangnya pemahaman dan pengetahuan tentang ekosistem startup ini menyebabkan sembilan puluh persen startup yang didirikan oleh para teknoprenur gagal sebelum mencapai usia lima tahun. Permasalahan terhadap tingkat kegagalan startup yang tinggi dapat dikurangi dengan meningkatkan pemahaman terhadap ekosistem startup digital seperti aspek pendanaan terhadap startup.
Ekosistem Startup: Pendanaan
Alasan mengapa perusahaan startup membutuhkan pendanaan disebabkan tanpa pendanaan yang memadai suatu usaha startup akan gagal dengan sendirinya. Biasanya jumlah nominal pendanaan yang dibutuhkan untuk dapat membuat startup sukses sangat besar melebihi kemampuan finansial para pendiri startup. Untuk merealisasikan visi dari teknoprenur pendiri startup dengan pertumbuhan yang sangat cepat dibutuhkan pendanaan yang seringkali sangat cepat dan sangat besar pula. Pendanaan finansial dari startup biasanya disebut putaran pendanaan. Langkah-langkah untuk putaran pendanaan seperti dikutip dari Forbes antara lain: mengumpulkan data, riset investor, membuat dan melatih kemampuan presentasi singkat, mengunjungi pertemuan dan promosi investasi, membangun hubungan, membuat proposal penawaran, bertahan dari uji tuntas, serta menutup putaran pendanaan dengan transfer dan dokumen pendukung lainnya.
Ketika investor seperti pemodal ventura menginvestasikan dananya kepada startup mereka tidak mengharapkan pengembalian investasi seperti investasi tradisional. Biasanya para pemodal ventura ini merupakan investor yang memiliki kekayaan luar biasa sehingga mereka menyediakan pendanaan kepada startup dengan syarat hanya sedikit kepemilikan dari perusahaan. Mereka dikenal dengan sebutan investor/ pendana malaikat atau investor bibit. Walaupun terlihat tidak mengharapkan imbal hasil namun ketika suatu startup mengalami peningkatan valuasi maka nilai kepemilikan di perusahaan tersebut akan meningkat beribu-ribu kali lipat hanya dalam beberapa tahun saja. Kisah sukses ini misalnya terjadi pada investor malaikat Peter Thiel yang menanamkan investasinya pada startup baru dari seorang teknoprenur muda yang drop out kuliah dengan "hanya" investasi sebesar $500 ribu dolar (Rp 7 miliar) (2004) dan ketika startup tersebut sukses nilai investasinya meningkat dua ribu kali lipat (2000%) menjadi $ 1 miliar (Rp 14 triliun). Startup tersebut dikenal sebagai media sosial Facebook.
Putaran Pendanaan
Tahapan Sebelum Pembibitan (Pre-Seed)
Tahapan awal pendanaan startup. Pendanaan startup ini biasanya diambil dari modal yang dikumpulkan dari para keluarga dan kenalan. Tahapan ini juga sering disebut bootstraping atau modal sendiri. Pada tahap ini seringkali para pemodal ventura belum masuk sebagai investor, walaupun ada beberapa pemodal malaikat yang mau masuk pada pendanaan awal ini namun hanya sedikit sekali yang terdata.
Tahapan Pembibitan (Seed)
Pada tahapan ini para pemodal malaikat mulai memberikan modal mereka kepada startup secara resmi untuk mendanai visi dan ide teknoprenur untuk mendirikan atau menjalankan startup. Para pemodal di tahap kedua ini seperti pemodal malaikat, pendana tertentu, inkubator dan akselerator bisnis juga masuk sebagai pemodal dalam tahapan ini. Modal yang disediakan antara $10 ribu-$100 ribu atau Rp 140 juta-Rp 1,4 milyar. Tujuan pendanaan terutama untuk penelitian, uji pasar dan produk, perekrutan talenta kunci, dan pengembangan produk. Para pemodal dalam tahap ini menggunakan strategi yang disebut semprot dan berdoa. Caranya berupa investor berinvestasi kepada beberapa startup selanjutnya jika ada startup yang menunjukkan pertumbuhan yang signifikan maka investor tersebut akan menambah investasinya kepada startup tersebut secara masif.