Lihat ke Halaman Asli

Demonstrasi Bukan Ajang Unjuk Diri

Diperbarui: 31 Maret 2016   20:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Selasa, 22 Maret 2016. Hari yang membuat dibeberapa negara Asia heboh, khususnya Indonesia. Heboh karena adanya demo anarkis dari beberapa oknum angkutan umun yang menolak adanya angkutan umum ilegal seperti Uber dan Grab Car.

Yang melatarbelakangi demo ini adalah merosotnya pendapatan yang didapat oleh angkutan umum regular (non-online) setelah berkembang pesatnya angkutan-angkutan umum online di Jakarta bahkan di daerah-daerah lain di Indonesia.

Jakarta keras! Iya tentu saja, bukan  hanya kehidupannya tetapi dalam hal bisnis apalagi, sikut kiri, sikut kanan, injak bawah, bahkan jilat atas kerap diterjadi dalam hal ini.

Persaingan antar angkutan umun online dan regular (non-online) ini sebenarnya sudah lama terjadi, mungkin puncaknya ketika demo Selasa, Minggu lalu (22 Maret 2016). Dimana terjadi tawuran antara dua kubu tersebut.

 

 

Perbedaan disambut dengan pukulan, perbedaan disambut dengan senjata. Hal yang tidak etis dalam dunia persaingan.

Seharusnya kalo mau bersaing, bersainglah yang sehat. Namanya juga dunia bisnis, ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan.

Oke mungkin ada pelanggaran yang dilakukan oleh Uber dan Grab Car, karena mereka dapat dikatakan sebagai angkutan umum ilegal.

Mau demo? Mau protes? Silakan! Di negri ini kebebasan itu memang diizinkan, namun berdemolah yang sesuai dengan peraturan yang ada! Negri  ini kan negri hukum, menjunjung tinggi  yang namanya hukum dan peraturan yang ada, bukan bertindak senak jidat yang membabi buta rusak sana rusak sini seperti halnya jagoan saat unjuk diri saja.

 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline