Lihat ke Halaman Asli

Christine Gloriani

Pembaca yang belajar menulis

Kaulah Masa Depanku

Diperbarui: 10 Desember 2018   22:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Duhai pria tampan pujaan hati. Mengapa kau membisu dan terpaku. Tatapanmu lurus ke depan. Memandang tanpa berkedip. Terkejutkah kau melihatku di sini atau kau tak mengerti maksud kehadiranku. 

Gerakanmu lambat menghampiri. Kusungguh tak bisa menebak isi hatimu. Namun kuberharap kau membaca binar cinta dari mataku. 

Duduk di bawah rindangnya pohon mangga tak serta merta membuatku tenang. Berbicara berdua membuat debaran jantung semakin cepat. Bolehkan kuberharap rasa ini berbalas ataukah bakal seperti pungguk merindukan bulan. 

Tak banyak berkata-kata tapi langsung menyematkan cincin ke jariku. Inikah pertanda akan balasan perasaanku. Kau memintaku untuk menjadi masa depanmu. Kau bahkan memohon  pada ibu agar segera meminang karena takut kehilanganku. Akhirnya terjadi juga. Asam di darat, ikan di laut, bertemu di belanga. 

Bagaimana kudapat menolak permintaanmu ini karena aku sungguh mencintaimu. Mari kita raih masa depan yang bahagia dalam satu ikatan cinta. 

Nb :

- bagai pungguk merindukan bulan : mengharapkan sesuatu yang mustahil

- asam di darat, ikan di laut, bertemu di belanga : kalau sudah jodoh, pada akhirnya akan bertemu juga. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline