Lihat ke Halaman Asli

Eksistensi Pendidikan Berbasis Kearifan Lokal Di Tengah Arus Modernisasi Di Sektor Pendidikan

Diperbarui: 21 Agustus 2024   21:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pendidikan merupakan salah sektor di Indonesia yang berpengaruh dalam kemajuan bangsa. Tentunya pendidikan juga membawa pengaruh besar terhadap kualitas sumber daya manusia. Di tengah arus modernisasi ini pendidikan di Indonesia juga tentunya mengikuti kemajuan zaman. Apalagi dengan adanya wabah virus Covid-19 pada tahun 2020 silam. Semenjak itu juga dunia pendidikan perlahan menjadi lebih digital. Semua serba digital, mulai buku pembelajaran, sumber belajar, dan sarana untuk belajar. Sebenarnya ini merupakan hal baik bagi Indonesia karena Indonesia telah mengikuti perkembangan zaman, tetapi apakah di sektor pendidikan budaya Indonesia sendiri akan perlahan-lahan mulai ditinggalkan? Oleh karena itu, kita perlu menyisipkan budaya kearifan lokal di pendidikan Indonesia agar pendidikan di Indonesia bisa lebih memiliki identitas dan keunikan. 

Pertama, pendidikan  kearifan lokal merupakan penyelenggaraan muatan pembelajaran yang di dalamnya peserta didik memperoleh pandangan hidup,  pengetahuan, dan berbagai strategi kehidupan dalam bentuk kegiatan yang dilakukan peserta didik untuk memecahkan berbagai persoalan dan menjawab kebutuhan. Pendidikan sebenarnya didasarkan pada akar budaya yang ada di lingkungannya. Berdasarkan kearifan lokal mendasar yang tertanam dalam pembelajaran, kami berharap dapat lebih dipahami secara mendalam dan meresap ke dalam lanskap siswa. Pendidikan berbasis kearifan lokal memungkinkan siswa untuk terlebih dahulu mempelajari budaya daerahnya sendiri. Siswa menjadi lebih sadar akan permasalahan dan permasalahan di sekitarnya. Selain itu, siswa juga dapat mempelajari dan mempelajari budayanya sendiri. Pendidikan  berbasis kearifan lokal juga  melestarikan potensi budaya dan ciri khas masing-masing daerah.

Faturrahman (2012: 46) mengatakan bahwa budaya menyebabkan siswa tumbuh dan berkembang, dimulai dari budaya lingkungan setempat hingga berkembang ke lingkungan yang lebih luas yaitu budaya nasional bangsa dan budaya universal yang dianut oleh umat manusia. Jika siswa tidak terbiasa dengan budaya lokal, maka mereka tidak akan mengenal budaya tersebut dengan baik dan tidak akan mampu mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari budaya tersebut. Dalam keadaan seperti ini, mereka sangat rentan terhadap pengaruh budaya luar  bahkan cenderung  menerima budaya asing dengan kejam. Kecenderungan tersebut muncul dari minimnya norma dan nilai budaya nasional yang dapat menjadi landasan refleksi. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline