Lihat ke Halaman Asli

Christina Budi Probowati

Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Hujan Rindu pada Tanah Gersang

Diperbarui: 30 Juni 2024   10:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustration by Anak Mumu

Hujan masih menyisakan satu pertanyaan
Akan kerinduan yang tak pernah berakhir darinya
Pada tanah gersang yang enggan ia tinggalkan
Saat angin membawa awan tebal menyingkir secepat kedipan mata
Saat angin dengan garangnya menyapu bersih seluruhnya
Tanpa satu penjelasan untuknya mengerti dan juga memahaminya

Hujan masih menyisakan segenggam kenangan akan itu
Sampai waktu menyeretnya tanpa ampunan
Atas kesalahan yang tak pernah ia tahu
Karena begitu saja mengalihkan pandangannya
Ke tempat lain saat terseret angin yang terus menderu
Dan angin tetap saja begitu, selalu diam tanpa senyuman

Tetapi, kini semuanya telah terlambat
Ketika deru angin telah mereda dan alam semesta dalam ketenangan
Hujan tak lagi dapat tersenyum hingga membeku dalam kemarahan panjang tak terucap
Ia pun kemudian memilih mereda ke tepian  
Tanpa lagi mengingat kenangan dan satu pertanyaannya
Meski kerinduan-kerinduan tetap terus berdatangan tanpa satu pun jawaban

Kini, hujan benar-benar diam di tepian
Entah kapan lagi ia akan mencurahkan kasihnya
Pada tanah-tanah gersang yang pernah ia tinggalkan
Senyumnya lenyap begitu saja sampai ia menyadari sesuatu
Kasihnya benar-benar tak bermakna tanpa keikhlasan
Dan keikhlasan tak berarti apa pun tanpa bersama Sang Penciptanya

Bandungan, Akhir Juni 2024




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline