Lihat ke Halaman Asli

Christina Budi Probowati

Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Ketika Minuk Ikut Pramuka

Diperbarui: 19 April 2024   19:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustration by Anak Sosis

Ini adalah kisah seorang gadis kecil dari kaki Gunung Kawi bernama Minuk yang mendapatkan begitu banyak dampak positif dari kegiatan Pramuka yang pernah ia ikuti. Catatan waktu memperlihatkan bahwa itu terjadi pada tahun 1980-an.

Seperti berjalan di dalam kabut, itulah yang dirasakan gadis kecil itu saat pertama kali mengikuti perkemahan. Kaki kecilnya tampak melangkah dengan begitu hati-hati, karena selubung kabut selalu saja menyelimutinya.

Di dalam kabut, Minuk benar-benar tak bisa membedakan bayang-bayang dari dirinya dan pohon-pohon di sekitarnya. Maka, ketika ada cahaya berwarna kuning keemasan yang timbul dari spirit ketika ia mengikuti kegiatan Pramuka, Minuk pun mulai menemukan titik awal dari arah langkahnya. Dan ia yakin, itu adalah fondasi yang benar bagi dirinya untuk memasuki pintu gerbang pendidikan di sekolah.

Minuk akhirnya berani berlari-lari kecil dengan mata terpejam, mencoba menikmati hawa dingin yang menyejukkan di pagi hari itu menyentuh kulitnya. Ya, itu adalah suasana desa yang sungguh indah. Desa itu bernama Desa Peniwen tempat di mana Minuk berkemah untuk yang pertama kali. Dan untuk pertama kalinya pula Minuk mandi dengan air dingin di pagi hari.

Minuk pun baru tersadar betapa indahnya langit pagi yang menghangat secara perlahan dan menyentuh embun di ujung rumput hingga menguap, begitu sempurna dengan iringan suara air sungai yang terdengar merdu di telinganya.

Meskipun selalu cemas dan takut dengan apa yang akan dialaminya saat berkemah, Minuk yang minim pengetahuan dan keterampilan Pramuka itu pun akhirnya mencoba berdiri tegap menjadi komandan peleton upacara pembukaan perkemahan HARDIKA saat itu.

"Siap, gerak. Lencang depan, gerak!" suara lantang Minuk yang telah dilatihnya berhari-hari sebelum berangkat berkemah akhirnya membahana. Bagi Minuk, itu adalah sebuah pengalaman yang sungguh menakjubkan. Dan pengalaman pertama itu telah membuka berbagai kemungkinan.

Minuk duduk di kelas 4 SD dengan usia belum genap 10 tahun (Siaga) ketika terpilih mewakili gudepnya bersama kakak kelas 5 dan kelas 6 (Penggalang) untuk berkemah di desa tetangga.  Hanya 2 siaga putri dan 2 siaga putra yang dipilih oleh Pembina untuk ikut berkemah. Salah satunya adalah Minuk.

Minuk bangga mendapatkan kepercayaan itu, karena dimulai dari sanalah langkah kaki kecil Minuk memasuki dunia Pramuka. Yang perlahan-lahan, membantu mengubah perangai Minuk sebagai anak dengan label pemalas dan seenaknya sendiri.

Minuk terlahir sebagai anak bungsu dari enam bersaudara yang selalu mendapatkan kemanjaan dari keluarganya. Ia begitu bebas melakukan apa yang ia suka. Masa kecilnya memang benar-benar menyenangkan dan itu yang  membuatnya menjadi begitu percaya diri ketika berada di rumah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline