Rembulan terhalang awan ketika Azalea menampakkan wajah muram
Namun angin kemudian menyibaknya secara perlahan
Seolah mengusap segala kegundahan dengan seulas senyuman
Dan bintang-bintang dalam sekejap tampak bertaburan di langit malam
Berlomba-lomba mengedipkan sinarnya pada anak manusia
Yang mengharapkan asa menjadi nyata
Saat lelah mendera oleh rutinitas kehidupanDi sela-sela kemisteriusan senyum dari Sang Angin malam itu
Telah rebah sebuah raga yang begitu lelah
Hingga mimpi dan asa tak lagi sanggup muncul dalam ingatan
Semua telah mencapai batas tanpa sesal
Dengan senyuman yang tetap terkembang meski hanya di kedalaman batinnya
Gadis muda itu bagai bunga Azalea
Yang telah layu di ujung pengabdiannya
Dengan ketenangan yang sungguh sempurna
Azalea yang sedang bermuram durja pun menjaga malam tetap dalam kesunyian
Sampai semua berjalan dengan sendirinya seiring dengan embusan angin malam
Tetapi suara senyap kemudian berubah ramai oleh kicau burung
Tatkala matahari mulai memancarkan sinarnya saat pagi menyapa
Tak sanggup menikmati kicau burung dan hangatnya Sang Fajar
Perlahan-lahan gadis itu pun merebahkan sang raga di samping Azalea yang selalu setia menemaninya
Seluruh ingatan tiba-tiba terhampar di hadapannya
Tanpa tersisa sedikit pun di kotak memori baik yang hitam maupun yang putih
Termasuk kemarahan, ketakutan, kepiluan, kesengsaraan, ketidakbahagiaan, kepahitan dan juga manisnya hidup, keinginan beserta segala nafsu-nafsunya
Semuanya tergambar dengan sangat jelas sebelum akhirnya lebur di dalam keikhlasan
Maka, ketika ia menyadari bahwa raganya benar-benar sudah tak sanggup lagi menopang jiwa
Ia pun kemudian berserah diri total kepada Sang Pencipta
Tepat di kesunyian yang telah senyap dalam diam
Dengan keikhlasan yang sungguh sempurna akhirnya ia bersiap untuk moksa pada hari itu juga
Namun apa yang terjadi kemudian?
Ketika gadis muda itu berkata kepada Sang Pencipta dengan sepenuh hati, "Ya, Tuhan... ke dalam tanganMu jiwa ini berserah..."
Tiba-tiba empat gadis muda muncul dengan rupa yang sama
Satu gadis mengangkat bagian kepala, satu lagi mengangkat bagian kaki, dan dua lainnya mengangkat tangan kanan serta tangan kirinya
Hingga napas teratur kemudian terdengar merdu di dalam ketenangan yang sungguh sempurna pada momen itu
Azalea masih terdiam dalam diamnya
Menyaksikan gadis muda itu dipapah ke dapur untuk membuat mi instan
Menyalakan kompor dari minyak tanah dan mulai memasak
Dengan tangan yang dibantu digerakkan oleh empat gadis penolong itu
Akhirnya gadis muda itu dapat makan dan minum untuk yang pertama setelah berhari-hari tak dapat dilakukannya
Karena ia benar-benar sendiri dalam kesendiriannya
Ketika raganya tumbang
Telah rebah sebuah raga yang begitu lelah
Hingga mimpi dan asa tak lagi sanggup muncul dalam ingatan
Semua telah mencapai batas tanpa sesal
Dengan senyuman yang tetap terkembang meski hanya di kedalaman batinnya
Gadis muda itu bagai bunga Azalea
Yang telah layu di ujung pengabdiannya
Azalea yang sedang bermuram durja pun menjaga malam tetap dalam kesunyian
Sampai semua berjalan dengan sendirinya seiring dengan embusan angin malam
Tetapi suara senyap kemudian berubah ramai oleh kicau burung
Tatkala matahari mulai memancarkan sinarnya saat pagi menyapa
Tak sanggup menikmati kicau burung dan hangatnya Sang Fajar
Perlahan-lahan gadis itu pun merebahkan sang raga di samping Azalea yang selalu setia menemaninya
Tanpa tersisa sedikit pun di kotak memori baik yang hitam maupun yang putih
Termasuk kemarahan, ketakutan, kepiluan, kesengsaraan, ketidakbahagiaan, kepahitan dan juga manisnya hidup, keinginan beserta segala nafsu-nafsunya
Semuanya tergambar dengan sangat jelas sebelum akhirnya lebur di dalam keikhlasan
Maka, ketika ia menyadari bahwa raganya benar-benar sudah tak sanggup lagi menopang jiwa
Ia pun kemudian berserah diri total kepada Sang Pencipta
Tepat di kesunyian yang telah senyap dalam diam
Namun apa yang terjadi kemudian?
Ketika gadis muda itu berkata kepada Sang Pencipta dengan sepenuh hati, "Ya, Tuhan... ke dalam tanganMu jiwa ini berserah..."
Tiba-tiba empat gadis muda muncul dengan rupa yang sama
Satu gadis mengangkat bagian kepala, satu lagi mengangkat bagian kaki, dan dua lainnya mengangkat tangan kanan serta tangan kirinya
Hingga napas teratur kemudian terdengar merdu di dalam ketenangan yang sungguh sempurna pada momen itu
Menyaksikan gadis muda itu dipapah ke dapur untuk membuat mi instan
Menyalakan kompor dari minyak tanah dan mulai memasak
Dengan tangan yang dibantu digerakkan oleh empat gadis penolong itu
Akhirnya gadis muda itu dapat makan dan minum untuk yang pertama setelah berhari-hari tak dapat dilakukannya
Karena ia benar-benar sendiri dalam kesendiriannya
Gadis muda itu kemudian dipapah kembali oleh empat penolongnya ke pembaringan
Mata yang lelah itu kemudian mulai terpejam memasuki dunia mimpi
Dan Azalea yang masih terdiam membisu tak berani memastikan bahwa keempat penolong itu adalah sedulur papat dari gadis muda itu
Yang muncul ke permukaan tatkala gadis muda itu benar-benar sendiri tanpa daya
Mungkinkah terjadi karena gadis muda itu sering menjalankan puasa weton?
Azalea pun akhirnya tersenyum seindah warna kelopak bunganya
Dengan keanggunan dan keindahan yang tak lekang oleh waktu
Dan rembulan tak lagi terhalang awan saat Azalea telah menampakkan wajah bahagianya
Hingga waktu pun berjalan tanpa jeda sampai gadis muda itu akhirnya mulai membuka mata
Bangkit dan mencari keempat penolongnya
Meski sangat disayangkan tak lagi terlihat siapa pun di dekatnya
Kecuali Azalea yang masih setia menemani dan kepadanya ia pun mencoba bertanya dengan memandangnya lekat-lekat
Namun kesunyian kembali senyap mendekap Azalea yang telah bahagia dalam diam
Karena diam-diam Ia menyimpan kebenaran yang diabaikan insan kebanyakanBandungan, 27 Juli 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H