Di batas senja pertemuan itu mengakhiri sebuah penantian panjang
Menyatukan belahan jiwa yang lama terbelah
Hingga warna senja menjadi begitu jingga
Hati yang keras pun menjadi bergejolak dan menghangat penuh gelora asmara
Saya adalah bunga di tepi jalan itu
Di meja indah Tuan akhirnya menempatkan saya secara perlahan
Sesaat setelah Tuan memetik saya dengan senyum penuh kebahagiaan
Saya adalah bunga di tepi jalan itu
Pasrah dalam keheningan yang begitu senyap di tempat indah
Hanya mampu memandang takjub pada jemari tangan Tuan yang lembut
Membersihkan debu tebal yang melekat pada daun dan juga kelopak bunga
Begitu detail hingga membuat saya menjadi bercahaya
Dan saya hampir tak percaya dengan penglihatan saya sendiri
Karena saya bagai bintang baru lahir yang dapat memendarkan cahaya berkilauan
Bagaimana mungkin ini terjadi?
Debu itu memang begitu tebal bagai seribu topeng menghiasi wajah rupawan
Terlalu lama saya berjalan sendiri menghadapi kerasnya hantaman hidup di jalanan
Hingga tangan lembut Tuan akhirnya menyentuh dan memetiknya
Tak hanya membelai dengan kelembutan
Tetapi membuat cahaya dari dalam diri saya kembali bersinar dengan sempurna
Meruntuhkan dinding hati yang begitu keras dan angkuh
Menjadi selembut sutera indah berkilauan
Dan mulai merajut benang-benang rindu yang tak pernah putus hingga di ujung waktu
Saya adalah bunga di tepi jalan itu
Wajah saya merona tersulut oleh cinta di bulan Juni
Bergetar hati menerima sentuhan lembut tangan Tuan
Sungguh, saya tak kuasa menahan bahagia
Tatkala Tuan meraih jemari saya dan mengajak saya menari dalam kehidupan
Bersama Tuan, saya menangis dan juga tertawa dalam rasa syukur
Menikmati senja demi senja tanpa jeda
Mempersembahan tarian indah kepada Sang Penguasa Alam
Bandungan, 25 Juni 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H