Lihat ke Halaman Asli

Christina Budi Probowati

Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Rintik Hujan Air Mata Bulan Juni

Diperbarui: 22 Juni 2023   20:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@art.cahayu

Air matanya tak lagi seperti rintik hujan di bulan Juni
Ia telah sampai pada puncak kesedihan hatinya yang didekap kerinduan
Memandang jauh kekasih hatinya yang berada di seberang puncak kepedihannya
Meninggalkannya seorang diri dalam badai kesedihan tak berbatas
Merobek keheningan jiwanya yang sunyi senyap
Hingga rintik hujan air matanya semakin menderas
Mencoba menghapus setiap kisah sendu yang terselip di setiap butirannya

Kedua telapak tangannya kemudian terbuka
Mencoba menangkap air matanya dengan doa dan harapan
Mengurai kisah di setiap butirannya dengan lebih jujur
Mendengarkan perasaannya yang paling dalam dengan seulas senyum di sela tangisan
Serupa kabut yang membungkus luka
Bukan saja menghilangkan rupanya
Tetapi melenyapkan dan meleburnya dalam keikhlasan yang sungguh sempurna

Benang-benang kerinduan kemudian ia ulurkan dengan setulus hati
Menerbangkan kesedihan yang telah berganti rupa menjadi sebuah asa
Bagai layang-layang yang telah merdeka
Terbang bebas di angkasa dengan mimpi-mimpi hari esok yang lebih indah
Membawanya pada hari ini tanpa sedikit pun penyesalan akan yang telah lalu
Bersama rintik hujan air mata bulan Juni
Yang telah menderas bak mata air kehidupan

Bandungan, 22 Juni 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline