Lihat ke Halaman Asli

Christina Budi Probowati

Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Di Balik Lumut Kristal

Diperbarui: 18 Desember 2022   15:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fotografer: Keristinayu

Aku tak lagi bersembunyi dan membenamkan wajah
Di balik lumut berkilauan bagai kristal yang melekat pada batu tua
Ketika titik-titik embun yang ada padanya diterpa sang fajar
Di pinggir sebuah sungai yang jernih bercahaya
 
Aku bangkit perlahan dari persembunyianku
Menatap cahaya matahari baru yang menerobos lewat celah-celah daun
Menerangi keraguanku dan membebaskannya dari belenggu
Kemudian mengikuti jejak yang ditinggalkan sehelai rambutku yang telah memutih pada perjalanan waktu
 
Perlahan namun pasti kuikuti aroma kesetiaan
Yang menguar dari jejak-jejak yang tertinggal
Hingga kembali kutemukan
Bagian diriku yang pernah menghilang
 
Tertegun aku dibuatnya...
Ia tampak putih berkilauan di atas sebuah batu
Bersahaja di usianya yang kini telah matang
Dan tidak bersembunyi seperti diriku yang dahulu
 
Aku pun mencoba meraihnya dengan segunung penyesalan
Yang pernah membiarkannya pergi begitu saja waktu itu
Perlahan-lahan kugapai ia dengan tanganku yang masih gemetar penuh keharuan
Namun sebuah tangan telah meraihnya tepat di depanku
 
Secepat kilat kutegakkan kepalaku dan menengadah mengikuti tangan itu
Tetapi sosok itu terlalu berkharisma hingga membuatku diam tak berdaya
Dan di dalam genggamannya sehelai rambutku itu tampak indah berkilau
Haruskah kuberanikan diri memohon padanya?
 
Sesungguhnya kemurnian adalah kesadaran yang ada pada jati diri manusia
Yang apa adanya, biasa-biasa saja dan tak perlu bersembunyi dari dunia
Kini pertemuan-pertemuan rahasia antara senyumku dan senyum batu telah tuntas
Karena ia adalah bagian dari semesta raya
 
Perlahan kuberanikan menyadari segalanya
Dan merelakan sehelai rambutku yang telah memutih itu di tangan yang tepat
Setidaknya ia telah berada di genggaman penyelamatnya
Membuat sebagian dari diriku dapat melesat menembus keindahannya
 
Akhirnya aku dapat tersenyum penuh kemenangan meskipun aku kalah
Akhirnya aku bisa turut bahagia dengan melihat bagian diriku berkilau bagai kristal
Menjauh dari lubang hitam dan bersinar terang menjadi bagian dari kuasar
Hingga senyumku memudar bukan aku tak bahagia tetapi karena aku mulai terisap lubang hitam...
 
Dengan penuh kesadaran akhirnya kumasuki neraka
Dengan memupuk banyak asa serta keterikatan pada dunia
Namun kini semua itu dapat sekaligus kulepaskan dengan tanpa beban
Setelah aku menemukan bagian diriku yang pernah menghilang
 
Senyumku dan senyumnya akhirnya bertemu
Dan menumbuhkan bibit-bibit rindu tanpa diminta
Bersama-sama kami menatap sehelai rambut yang telah memutih itu
Yang berkilau bagai kristal diterpa cahaya sang fajar
 
Diraihnya tanganku dengan kelembutan
Ditebusnya aku dari neraka dengan senyuman yang menawan
Dan disatukan kembali bagian diriku yang ada di dalam genggamannya
Hingga aku memiliki keberanian telanjang di hadapannya
 
Kini aku tak lagi bersembunyi dan membenamkan wajah
Di balik lumut berkilauan bagai kristal yang melekat pada batu tua
Ketika titik-titik embun yang ada padanya diterpa sang fajar
Di pinggir sebuah sungai yang jernih bercahaya
 
Sehelai rambutku itu adalah bagian dari diriku yang murni
Ia telah menuntunku untuk berani menampakkan diri pada dunia
Ia memang telah sampai padanya mendahuluiku dengan tanpa pamrih
Karena yang murni itu sesungguhnya datang di awal
 

18-12-2022 (08.48)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline