Tak hanya berparas ayu pancaran dari hati dan jiwanya yang indah, perempuan Jawa itu sepatutnya juga memiliki jiwa keibuan. Lemah lembut dalam tutur kata dan perilakunya, namun kuat secara mental dan gemulai saat menari di dalam kehidupan. Potret itu jelas tersirat di dalam Tari Bondan.
Tak perlu diragukan lagi, Tari Bondan memang masih tetap menjadi salah satu tarian Jawa klasik yang sangat memikat, karena keunikan dan nilai artistiknya yang tinggi, hingga tak lekang oleh waktu, meski zaman telah melaju dengan cepat, meninggalkan kejayaannya di Surakarta pada tahun 1960-an.
Tarian yang lahir dari kebudayaan masyarakat Jawa di masa lalu ini menunjukkan kepada dunia dan kepada generasi penerus bangsa, bahwa tugas utama perempuan Jawa itu adalah mendidik dan merawat anaknya, dengan penuh kasih sayang dan tanpa pamrih.
Seni dan budaya memang tidak serta-merta hadir sebagai tontonan atau hiburan semata. Seni dan budaya itu lahir dari nilai-nilai filosofis yang tinggi dan latar belakang falsafah yang mendalam warisan leluhur, potret dari tuntunan hidup pada masanya, yang di masa kini tentu dapat pula kita jadikan sebagai fondasi untuk berpijak, agar kita tidak kehilangan arah di dalam menjalankan kehidupan ini.
Dan bila kita mampu menyibak makna di balik tirai yang menyelimutinya, tentu kita akan dapat melihat dengan jelas, profesi seperti apa yang tepat bagi kaum perempuan di masa kini.
Pesan yang Terkandung di dalam Tari Bondan
Tari Bondan adalah salah satu tari Jawa klasik yang mengisahkan tentang kasih sayang seorang ibu kepada anaknya dan sekaligus merepresentasikan sosok perempuan Jawa yang lemah lembut namun kuat, tak sekedar berparas ayu namun juga memiliki jiwa keibuan, simbol dari Ibu Pertiwi yang senantiasa ikhlas tanpa pamrih dalam memelihara dan menyediakan keperluan hidup bagi seluruh makhluk tanpa terkecuali.
Ada beberapa properti yang dibawa saat menarikan Tari Bondan yang masing-masing memiliki makna yang dalam, yakni boneka anak, payung kertas dan kendi.
Payung terbuka yang dibawa saat menarikan tarian ini adalah simbol perlindungan dari seorang ibu terhadap anak dan keluarganya.
Sedangkan menggendong boneka anak merupakan lambang bahwa tugas utama dari perempuan Jawa itu adalah merawat dan mendidik anaknya dengan penuh kasih sayang untuk mengarahkannya menjadi manusia Jawa yang dapat memayu hayuning bawana (menjadikan alam semakin indah).