Lihat ke Halaman Asli

Christina Budi Probowati

Seorang ibu rumah tangga yang memiliki hobi menulis di waktu senggang.

Perjalanan Jiwa Sang Putri Mahkota

Diperbarui: 27 Januari 2021   22:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fotografer: Mo

Bagaikan terang bulan dan bintang di langit malam
Bagaikan terang mentari yang bersinar di kala siang
Seperti itulah sifat yang dimilikinya
Cermin dari batinnya yang memesona
Kala ia berada di dalam terang cahaya ilahi
Tersirat jelas di dalam senyumannya
Misterius, memikat dan menenangkan

Sungguh indah di luar bayangan
Hatinya begitu murni dalam keikhlasan
Berserah diri senantiasa ia kepada Sang Pencipta
Membuatnya semakin bersinar cemerlang bagai kuasar menerangi alam semesta
Berderak mengisi kehidupan
Tatkala hitam dan putih di dalam dirinya
Silih berganti menempati posisinya di dalam keseimbangan

Memang demikianlah adanya dia
Di balik merahnya darah dan juga putih tulangnya
Di mana hawa nafsu melekat di sana
Hitam dan putih pun menjadi simbol hawa nafsunya
Yang setia membayangi jati dirinya
Melambangkan kebaikan dan juga keburukan
Yang ada pada dirinya

Pada awalnya hitam dan putih telah hidup selaras dan seimbang di dalam jiwanya
Tampak nyata ketika tangisan pertamanya menyapa  alam raya
Berpadu dalam keindahan yang sungguh sempurna
Menarikan tarian alam dengan gemulainya
Memperindah dunia dengan pesona yang ada pada dirinya sejak ia dilahirkan
Cahaya terang pun kemudian berpendar dari tubuh mungilnya
Memberikan kebahagiaan bagi siapa pun yang ada di dekatnya

Ia terus beranjak dewasa setelah hari kelahirannya
Seperti awan yang berarak indah
Sifatnya terus bergerak seiring pertumbuhan dan perkembangannya
Kebaikan dan keburukan pun terkadang nyaris melewati batasannya
Hingga membuat  jiwanya menderita
Meskipun  deritanya berakhir  menjadi kekuatan
Untuk dapat bangkit menyembuhkan lukanya sendiri menuju kemerdekaan

Adakalanya jiwanya memang menderita di balik senyuman
Saat pikirannya dengan mudah memengaruhi kedamaian jiwanya
Meskipun sang waktu gigih menyeret langkah-langkahnya
Untuk membuatnya tetap patuh mendengar suara hatinya yang terdalam
Agar ia dapat menyerap rasa sakit di jiwanya dengan penuh kedewasaan
Memaafkan segalanya tanpa menghakiminya
Dan membungkus semua luka derita dengan keikhlasan yang sempurna

Ia memang telah mencapai kesadaran jiwa pada akhirnya
Membuka topeng-topengnya sendiri yang melekat pada wajahnya
Menjadikan yang hitam menjadi putih terang
Dan yang putih menjadi semakin bercahaya cemerlang di dalam keikhlasan
Begitulah  indahnya kisah perjalanan jiwa di dalam raganya
Bagaikan terang bulan dan bintang di langit malam
Juga terang mentari yang bersinar di kala siang

Ia memang telah mencapai puncak perjalanan
Maka ia pun layak mengenakan mahkotanya dan duduk di singgasana
Menjawab panggilan sang penguasa alam
Untuk memperindah alam tanah leluhurnya
Meski hanya ada dua warna hitam dan putih
Keindahan alam pun akhirnya tercipta dengan sempurna di tangannya
Tatkala Sang Pencipta sendiri yang menuntunnya

Di bawah benderang cahaya rembulan, 27 Januari 2021




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline