Kajian Pustaka
Teori signal (Signaling Theory) pertama kali diperkenalkan oleh Michael Spence pada tahun 1973 dalam konteks asimetri informasi di pasar tenaga kerja, namun konsep ini juga banyak diterapkan di dunia pasar modal. Teori signal menyatakan bahwa perusahaan dapat mengirimkan sinyal kepada investor melalui laporan keuangan atau keputusan keuangan lainnya untuk mengurangi masalah asimetri informasi (Brigham & Houston, 2018). Sinyal yang diberikan ini digunakan oleh investor untuk menilai kondisi dan prospek perusahaan. Informasi yang disampaikan bisa berupa keputusan pembagian dividen, laporan laba rugi, neraca keuangan, dan berbagai rasio keuangan lainnya yang bertujuan untuk menciptakan transparansi.
Sinyal dalam teori ini dibedakan menjadi sinyal positif dan sinyal negatif. Sinyal positif adalah informasi yang menunjukkan kinerja atau prospek baik dari perusahaan, misalnya peningkatan laba bersih atau pertumbuhan ekuitas, yang diharapkan dapat meningkatkan harga saham di pasar. Sinyal positif sering kali mencakup laporan laba rugi yang menunjukkan peningkatan EPS atau struktur modal yang efisien (Brigham & Ehrhardt, 2020). Sebaliknya, sinyal negatif adalah informasi yang menimbulkan kekhawatiran terhadap investor, seperti penurunan DER yang menunjukkan beban utang yang tinggi.
Jenis-jenis sinyal dalam teori signal mencakup berbagai bentuk informasi keuangan yang disampaikan melalui laporan keuangan. Laporan keuangan seperti laporan laba rugi, neraca, dan laporan arus kas adalah sumber sinyal yang paling umum digunakan oleh investor. Laporan laba rugi memberikan sinyal tentang profitabilitas perusahaan, sementara neraca menunjukkan stabilitas keuangan melalui aset dan liabilitas perusahaan (Warren et al., 2018). Sinyal ini membantu investor untuk membuat keputusan yang lebih tepat tentang investasi mereka.
Fungsi dari sinyal dalam teori ini adalah untuk mengurangi ketidakpastian dan membantu investor menilai risiko dan peluang investasi. Sinyal dari laporan keuangan memungkinkan investor untuk mengidentifikasi perusahaan yang memiliki potensi pertumbuhan atau yang menghadapi masalah keuangan (Kimmel et al., 2015). Fungsi ini sangat relevan dalam pasar saham, dimana investor mengandalkan informasi keuangan yang diberikan oleh perusahaan untuk menentukan tindakan mereka, apakah akan membeli, menjual, atau menahan saham.
Laporan keuangan adalah laporan yang menyajikan posisi keuangan perusahaan pada periode tertentu serta hasil-hasil yang dicapai oleh perusahaan selama periode tersebut (Harahap, 2011). Laporan keuangan terdiri dari empat komponen utama, yaitu neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan ekuitas. Tujuan utamanya adalah memberikan informasi yang berguna bagi pemangku kepentingan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Neraca atau laporan posisi keuangan adalah komponen laporan keuangan yang menampilkan aset, liabilitas, dan ekuitas pada titik waktu tertentu. Neraca memberikan informasi tentang likuiditas, solvabilitas, dan struktur modal perusahaan (Warren et al., 2018). Investor menggunakan neraca untuk menilai risiko dan peluang investasi, terutama dalam hal kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang.
Laporan laba rugi mencerminkan kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu dengan menunjukkan pendapatan, beban, dan laba bersih. Laporan laba rugi memungkinkan investor dan kreditor untuk mengevaluasi profitabilitas perusahaan serta prospek pertumbuhan di masa depan (Kieso et al., 2019). Laporan ini membantu dalam menilai efisiensi operasional perusahaan dan bagaimana beban dikelola untuk menghasilkan laba.
Laporan arus kas mencatat aliran kas masuk dan keluar yang terjadi selama periode tertentu, yang dapat diklasifikasikan dalam tiga kategori: operasi, investasi, dan pendanaan. Laporan arus kas memberikan pandangan yang lebih jelas tentang kemampuan perusahaan untuk menghasilkan kas dari aktivitas utamanya, serta seberapa efisien perusahaan dalam mengelola investasi dan memenuhi kewajiban keuangannya (Kimmel et al., 2018). Arus kas operasi yang positif dianggap sebagai indikator baik bahwa perusahaan mampu mempertahankan kelangsungan operasionalnya.
Laporan perubahan ekuitas menguraikan perubahan dalam ekuitas pemegang saham selama periode tertentu, yang dipengaruhi oleh laba bersih, dividen, dan penerbitan saham baru. Laporan ini penting bagi investor karena menunjukkan bagaimana laba dihasilkan dan dialokasikan, serta seberapa banyak ekuitas yang ditambahkan atau dikurangi selama periode tersebut (Van Horne & Wachowicz, 2008). Hal ini memungkinkan investor untuk melihat strategi perusahaan dalam mengelola laba dan modalnya.
Fungsi laporan keuangan tidak hanya terbatas sebagai alat komunikasi, tetapi juga sebagai alat evaluasi bagi manajemen dan investor. Laporan keuangan membantu investor dalam memprediksi arus kas di masa depan, menilai risiko dan pengembalian investasi, serta memahami struktur modal perusahaan (Kimmel et al., 2015). Manajemen menggunakan laporan keuangan untuk menilai kinerja internal, mengidentifikasi masalah, dan merencanakan strategi bisnis yang lebih baik.