Di tengah gemerlap kota besar, ada seorang pemuda bernama Dito. Ia berasal dari sebuah desa kecil di ujung negeri, yang terpencil dan jauh dari kehidupan modern yang diperolehnya sekarang. Perantauan adalah pilihan Dito untuk meraih impian besar, dan kota ini menjadi panggung di mana kisahnya akan ditulis.
Dengan tekad kuat dan semangat juang yang tak kenal lelah, Dito mencari pekerjaan sejak hari pertama ia tiba di kota. Meski penuh tantangan, ia berhasil mendapatkan pekerjaan sebagai asisten di sebuah perusahaan kecil. Gaji yang ia terima belum seberapa, tetapi itu adalah langkah awal menuju impian masa depannya.
Selama satu setengah tahun, Dito hidup dengan penuh dedikasi pada pekerjaannya. Setiap hari, ia merantau dari tempat kosnya yang sederhana ke kantor, berjuang melewati keramaian kota. Meski penat, ia selalu membayangkan betapa besar impiannya dan bahwa setiap langkah kecilnya akan membawanya lebih dekat.
Hasil jerih payahnya tidak hanya ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, tetapi juga untuk menabung. Dito bermimpi memiliki rumah sendiri, memberikan kehidupan yang lebih baik untuk keluarganya, dan membuktikan bahwa anak desa pun bisa meraih kesuksesan di kota besar. Setiap koin yang ia sisihkan di dalam tabungannya memiliki makna yang mendalam bagi Dito.
Namun, suatu hari, sesuatu menggoda Dito yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan "trading". Ia mendengar cerita sukses beberapa temannya yang menghasilkan uang dalam waktu singkat melalui kegiatan ini. Terpancing oleh harapan mendapatkan keuntungan instan, Dito mulai menggeluti dunia trading tanpa pemahaman yang cukup.
Ia menginvestasikan sebagian dari tabungannya, meyakini bahwa ini adalah langkah pintar untuk mengembangkan kekayaannya lebih cepat. Awalnya, tampaknya segalanya berjalan baik. Beberapa transaksi memberinya keuntungan, dan Dito merasa seperti dirinya adalah seorang ahli dalam dunia trading.
Namun, takdirnya berubah dalam sekejap. Salah satu investasinya mengalami kerugian besar, membuatnya kehilangan sebagian besar tabungannya. Tidak mampu menerima kenyataan bahwa trading bisa membuatnya miskin dalam sekejap, Dito mencoba untuk "menebus" kerugiannya dengan berinvestasi lebih banyak.
Dito terus terjebak dalam siklus ini. Ia berharap setiap transaksi yang ia lakukan akan membawanya keluar dari lubang keuangan yang semakin dalam. Namun, pasar tidak selalu bersahabat. Setiap kali ia mendekati keuntungan, kekalahan baru menunggunya di tikungan berikutnya.
Tabungannya yang semula penuh dengan harapan dan impian, kini hanyalah sisa-sisa dari keputusan yang gegabah. Dito menemui dirinya terjebak dalam hutang yang menggunung, menghantui setiap langkahnya. Ia terlilit oleh konsekuensi dari keputusan impulsifnya.
Keadaan ini membuat Dito merenung dan melihat kembali perjalanan hidupnya. Ia bertanya pada dirinya sendiri, "Apakah ini benar-benar jalanku? Apakah trading adalah jawaban dari semua impianku?" Dalam keheningan malam, Dito merenung tentang kehilangan dan kegagalan yang menimpanya.
Dengan langkah yang berat, Dito akhirnya menyadari bahwa kesalahan telah terjadi dan ia harus menghadapinya. Ia mencoba untuk menjadikan kegagalannya sebagai pelajaran berharga. Meski kehilangan materi, Dito berharap kegagalannya bisa menjadi cermin bagi siapa pun yang mengikuti jejaknya.