Lihat ke Halaman Asli

Christina Angelica Wiana

Teknologi Pangan

Aktivitas Anti-Diabetes Buah Pepaya dalam Menangani Penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2

Diperbarui: 18 November 2022   21:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang ada dibenak kalian saat mendengar kata Diabetes? Sebagian besar orang pasti sudah tidak asing lagi dengan penyakit Diabetes. Bagaimana tidak, penderita penyakit ini kian meningkat setiap tahunnya hingga menjadi permasalahan kesehatan serius dalam masyarakat global. Menurut IDF (International Diabetes Federation), sedikitnya ada 479 juta orang berusia 20-79 tahun penderita diabetes di dunia pada tahun 2019. Dari data IDF ini, Indonesia menempati posisi ke-7 sebagai negara dengan penderita diabetes terbanyak didunia.
 


Apa itu Diabetes?

Pada dasarnya, diabetes merupakan penyakit tidak menular yang ditandai dengan kadar gula dalam darah yang melewati batas normal. Peningkatan kadar gula yang melebihi batas normal ini disebut sebagai hiperglikemia. Hiperglikemia dapat meningkatkan resiko munculnya berbagai komplikasi dan kerusakan organ, seperti mata, ginjal, jantung, dan saraf. World health organization (WHO) menyatakan penyakit diabetes mellitus menempati urutan keenam penyebab kematian di dunia dengan penderita dibawah usia 70 tahun sebesar 4% (Nasution et al. 2021).


Secara umum, diabetes dibagi menjadi dua jenis, yakni diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2. Mungkin kalian masih bertanya-tanya, apa sih yang membedakan keduanya? Mari simak penjelasan dibawah ini.


Diabetes tipe 1 merupakan jenis diabetes yang terjadi karena pankeas kurang ataupun tidak mampu untuk memproduksi insulin, dapat terjadi karena faktor genetika, imunologik, dan faktor lingkungan. Sementara itu, diabetes tipe 2 terjadi karena sel-sel tubuh tidak lagi sensitif terhadap kehadiran insulin sehingga insulin tidak dapat digunakan untuk mengatur kadar gula dalam darah. 80%-90% penderita diabetes tipe 2 merupakan orang yang mengalami obesitas (Faida & Santik 2020).


Diabetes tipe 2 umumnya ditangani dengan obat golongan metformin, seperti Glucophage dan glumetza. Metformin telah lama digunakan sebagai obat anti diabetes dan terbukti mampu mengurangi kematian akibat diabetes hingga 30% dibandingkan insulin, glibenklamid, dan klorpropamid. Metformin bekerja dengan meningkatkan sensitivitas tubuh terhadap insulin sekaligus menekan produksi glukosa di hati. Namun, penggunaan metformin menimbulkan efek samping bagi tubuh, antara lain pusing, lelah, sulit bernapas, diare, dan mual atau muntah (Nasri & Kafieian-Kopaei 2014).
 

picture12-6377973608a8b57b03208174.jpg


Efek samping ini yang menyebabkan banyak penelitian dilakukan untuk menemukan obat anti diabetes yang dapat diandalkan dan tidak bersifat toksik, salah satunya penelitian oleh Roy et al. 2022, yang menyatakan bahwa buah pepaya memiliki aktivitas antidiabetes yang dapat digunakan dalam mengatur kadar gula dalam darah.


Pepaya merupakan tanaman asli America tropis yang tersebar luas hampir diseluruh daerah tropik dan subtropik, termasuk Indonesia. Pepaya memiliki rasa yang manis dan tekstur yang lembut sehingga banyak disukai oleh semua kalangan. Selain itu, pepaya juga memiliki harga yang murah dan mudah ditemukan sehingga memiliki potensi yang baik dalam mengobati penyakit, seperti diabetes tipe 2. Pepaya merupakan buah-buahan yang mengandung nutrisi dan vitamin yang tinggi. seperti tinggi karoten dan rendah kalori. Pepaya juga mengandung vitamin C, vitamin A, riboflavin, folat, thiamin, niacin, kalsium, besi, kalium, dan serat. Diluar itu, pepaya senyawa bioaktif, seperti triterpenoids, flavonoids, fenol, tanin, alkaloid, dan glikosida (Roy et al. 2022).
 

picture13-637797427bda022070115c32.jpg


Wah.. siapa sangka dengan mengonsumsi buah pepaya ternyata dapat mengatasi penyakit diabetes tipe 2. Namun, bagaimana ya mekanisme yang dimiliki pepaya? Sebelum itu, kita harus paham terlebih dahulu apa yang sebenarnya terjadi pada orang diabetes tipe 2.

Apa yang Sebenarnya Terjadi pada Pengidap Diabetes Mellitus Tipe 2?

Umumnya, yang kita semua ketahui adalah, bahwa diabetes pasti kandungan gula dalam darahnya tinggi, tetapi kenapa bisa seperti itu? Ketika seseorang dinyatakan diabetes, artinya regulasi glukosa dan metabolisme lipid terganggu yang menyebabkan resistensi insulin. Resistensi insulin dapat disebabkan oleh obesitas ataupun gangguan metabolisme (Metabolism disorder). Obesitas hubungannya adalah dengan kadar lemak, lemak yang disebut free fatty acid yang kadarnya tinggi dapat menurunkan ekspresi protein dari reseptor insulin (IR), di mana IR ini berpartisipasi dalam aktivitas insulin, sehingga kalau sampai ekspresi terganggu, akibatnya menjadi resistensi insulin dan  disebut sebagai penyakit diabetes.


Akibat insulin tidak berfungsi sebagaimana seharusnya, maka tubuh akan kesulitan untuk meregulasi gula dalam darah, tubuh akan kesulitan atau tidak bisa menyerap gula yang ada di dalam darah, sehingga kadar gula akan tinggi. Hal ini berbahaya, karena kadar gula yang tinggi dapat menyebabkan munculnya reactive oxygen species (ROS) atau yang biasanya dikenal sebagai radikal bebas. Radikal bebas ini dapat merusak sel dengan merusak membran sel, akibatnya akan terjadi reaksi lipid peroxidation (LPO), dalam kata lain, yaitu perusakan lipid dan terjadilah stres oksidatif.


Kalau ingin tau lebih dalam, ada yang dinamakan GLUT4, GLUT4 ini ada di dalam tubuh kita, GLUT4 adalah protein yang bertanggung jawab dalam penyerapan glukosa dalam darah. Cara kerjanya adalah bersama dengan reseptornya yang memberikan sinyal untuk aktif. Reseptornya adalah insulin receptor atau IR yang telah disebutkan sebelumnya. IR baru dapat memberikan sinyal, kalau ada insulin yang menempel, lalu sinyal tersebut akan diterima dan GLUT4 yang tadinya ada di sitoplasma, menjadi berada di membran plasma dan terjadilah penyerapan glukosa oleh sel -- sel otot. Namun, perlu diketahui bahwa kuncinya adalah keberadaan insulin, barulah penyerapan glukosa ini dapat terjadi, sehingga orang yang diabetes, karena tidak ada insulin, maka tidak ada penempelan reseptor, tidak ada pemberian sinyal, dan tentunya tidak akan ada penyerapan gula.
 

insulin-glucose-metabolism-637797ed08a8b540c364a602.jpeg

Mekanisme pengangkutan glukosa ke dalam sel.


Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline