Berkunjung ke Chicago, ibu kota Illinnois, negara bagian di Amerika Serikat, tentulah wajib mencicipi Hot Dog ala Chicago. Menu itulah yang pertama kali kutemui saat mampir di kedai 7 Eleven di jalan Sheridan, Chicago Utara. Dua orang pria berkulit sawo matang melayani dengan sigap, walau hanya memberi sedikit senyum. Mereka perantau dari India. Toko yang mereka kelola cukup ramai pembeli. Apalagi karena di sekitar kawasan dekat pantai danau Michigan itu tak tampak mini market sejenis.
"Ini lah Chicago Hot dog," ucap Mick Lyons kepada Christina yang sedang memelototi beberapa sosis ukuran besar yang sedang dipanggang dan begitu menggugah selera.
Si India kemudian menyodorkan kotak berisi roti Bun kosong. Mick kemudian mengisinya dengan sosis hotdog panas, lalu menaburinya dengan bawang putih cincang, acar manis hijau, irisan tomat, acar paprika dan topping mustard kuning.
"Ayo coba gigit yang banyak," ujar Mick yang langsung disambut Christina dengan antusias.
Setelah turun dari pesawat United di bandara internasional O'Hare Chicago, perutnya sudah keroncongan. Sementara di terminal kedatangan, ia tak melihat ada restoran atau minimarket untuk sekadar membeli roti pengganjal rasa lapar.
Maka dengan lahap, ia santap Hotdog hangat itu. Meski sebenarnya masih merasa sedikit lapar juga. Maklum perut Indonesia tak kenyang kalau belum ketemu nasi.
Si Anjing Panas dari Jerman, Ngetop di Amerika
Hot dog yang populer di Amerika berasal dari Jerman, berawal dari sosis Franks atau Frankfurter, diproduksi sejak tahun 1852. Namanya berubah menjadi Hot dog, kala Harry Stevens, pengusaha Franks di New York City menyuruh karyawannya menjual Franks di setiap pertandingan baseball, seraya meneriakkan kalimat, "Red-hot dachshund sausages!" yang artinya "sosis anjing tekel yang merah dan panas". Untuk lebih mudah diucapkan oleh kebanyakan orang Amerika, mereka menjulukinya 'hot dog', si anjing panas. Saat ini ada 17 miliar Hot dog yang laris manis diproduksi di Amerika.
Selain Hot dog, berbagai menu orang Chicago atau Chicagoan, diperkenalkan Mick pada Christina. Walau beberapa di antaranya sudah tak asing karena sudah sering pula mengecapnya di Jakarta, seperti Pizza atau Burger. Beda yang ia rasakan di lidah, ternyata orang Chicago itu senang dengan makanan yang didominasi rasa asin dan asam.