Lihat ke Halaman Asli

Christina

Mahasiswa

[Puisi] Nafas Tercekik di Tepi Langit

Diperbarui: 22 Agustus 2023   11:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Di tepi langit yang pernah biru cerah,
Kini terhampar lapisan kelabu nan kelam,
Nafas tercekik, terhenti dalam gerah,
Polusi udara menggapai tanpa ampun.

Burung-burung pun tak lagi riang berkicau,
Suara angin tergantikan oleh deru mesin,
Beban asap hitam menari-nari menyatu,
Menghapus mentari, tak lagi ada sinar senin.

Di antara gedung tinggi yang menjulang gagah,
Terperangkaplah asap dan debu tak bersahabat,
Tinggal kenangan akan udara yang dulu sejuk dan sehat,
Kini terhempas oleh kepentingan yang jahat.

Oh, betapa indahnya bila kembali langit biru,
Bila nafas ini tak lagi tercekik dalam asap,
Marilah kita jaga bumi ini, rumah kita yang satu-satu,
Sebelum hilanglah segalanya, hancurlah mimpi dan harap.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline