By Christie Damayanti
"See you soon, Bp. Ludovicus Mardiyono", itulah pesan terakhirku untuk seorang Pendeta dari Indomesia yang bertugas di GBI Brussels.
Seperti yang aku tuluskan di bab sebelumnya, aku sudah tidak punya teman offline lagi di Eropa. Karena, terakhir kesana tahun 2014 bersama dengan anak2ku, ada Arie Zonjie di Maasland Belanda, tetapi beliau belym balas emailku beberapa bulan sebelum aku terbang, ketika aku katakana akan datang kesana.
Sebelumnya lagi, adalah mitra1 sejawat arsitek, tetapi itu benar2 sebelum aku terserang stroke, dan semuanya tidak membalas emailku lagi. Mngkin, saat itu mreka sudah pindah dari Eropa atau pension.
Lalu, ketika niat ke Eropa saat ini akhirnya aku menetapkan 2 orang teman dari Facebook untuk aku bisa datang dan mampir ke tempat mereka, yaitu mba Sisca di Breda Belanda dan Pdt. Ludo di Brussels Belgia. Mereka dalam 1 gereja, Dimana aku pernah bersaksi disana lewat zoom ketika pandemi. Jadi, aku sangat berharap kami bisa menjalin hubungan yang lebih baik dari pada sekedar saling komentar di Facebook.
Aku terbang sore itu, tanggal 23 Juli 2023 dan akan kembali ke Jakarta pada tanggal 25 Agustus 2023. Dan, sore itu, Eropa akan membuka mataku tentang apa yang sebenarnya menjadi masalah besar tentang sebuah akses untuk disabilitas, pemakai kursi roda seperti aku.
***
Sore itu, pesawat Emirate ku akan terbang jam 17.00 dan aku sudah berada di Bandara Soetta Terminal 3 jam 14.00, 3 jam sebelum terbang. Pelayanan awalnya di conter chack-in, cukup bagus dan aku dilayani sebagai FIRST CLASS padahal aku membeli tiket ekonomi. Semua karena aku seoranf disabilitas dan bagian dari pelayanan PRIORITAS dunia.
Untukku sendiri sebagai disabilitas saat ini, merupakan sebuah ANUGERAH. Bukan, bukan karena aku justru menjadi seenaknya saja , tetapi memang Tuhan memberikan semua umat NYA anugerah2 yang lainnya, asalkan umat2 NYA itu sadar atas Berkat2 Tuhan!
Buatkku, anugerah itu bukan karena aku kaya dan bisa traveling ke Eropa, tetapi lebih kepada bagaimana aku bisa menerima diriku sebagai disabilitas Dimana pada kenyataannya, disabilitas seperti aku ini bisa membuat aku dilayani yang terbaik oleh sesame, saling melayani.
Seperti pelayanan Emirate di Terminal 3 saat itu, aku full dilayani dengan sangat cepat, 15 menit kemudian aku hanya tinggal masuk ke pintu2 masuk dan boarding! Luar biasa! Walau ternyata ada banyak "ujian" menanti di hadapanku!