Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

Pembuatan "Gijduvan Ceramic" Tanpa Peralatan Modern Bahkan Masih Dibantu keledai!

Diperbarui: 18 Juni 2024   13:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi oleh WesGo Travel

By Christie Damayanti

                                                                                

 

Area itu sepi, tidak terlihat papan Namanya dan bangunan2nya pun sedikit tidak terawatt dengan desain arsitektur lawas khas Uzbekistan. Hujan rintik pun membasahi bumi Bukhara, bukaj hujan sakju tetapi hujan air biasa, tetapi dingin karena suhu udara pun disana saat itu tetap dingin dibawah 10 derajat.

Bus tour kami berputar, sebelum kami turun di depan sebuah rumah tua yang tidak ada papan namanya sama sekali. Kupikir, kita akan makan siang saja, walaupun Zoyir sudah berkata bahwa kita akan makan siang setelah kita ke sebuah pabrik tradisional keramik.

Oklah, kami pun berbondong masuk ke sebuah rumah tua, dengan pintu kayu yag nyata bahwa rumah ini memng sudah tua. Bau tanah basah hujan, benar2 segar dan menyeruak di paru2ku. Kami bersajan beriringan, dan bertemu dengan salah satu manajemen Gijduvan Ceramic.

Kami dibawa berkeliling pabrik tradisional keramik itu, setelah kami berkenalan, dan sebelum kami diajak masuk ruang demi ruang untuk memperlihatkan, bagaimana membuat keramik khas Gijduvan yang sangat cantik.

Pabrik tradisional keramin Gijduvan ini, sudah ada sejak bergenerasi dan sampai sekarang tetap bertahan dengan desain araitekturalnya dan dengan desain keramik klasik cantiknya. Suasana pabrik tersebut, benar2 masih sangat tradisional.

Untuk pembuatan keramik mereka pun, tanpa ada peralatan2 modern, semuanya masih benar2 tradisional, sejak generasi ke generasi. Dan, Keramik Gijduvan ini mempunyai sekolah pottery, Dimana ketrampilan tersebut ada sejak lama.

Distrik Gijduvan sendiri, dianggap sebagai pusat bordir (Suzani) dan keramik. Sulaman pada dasarnya ditemukan di seluruh Uzbekistan, namun sekolah bordir Gijduvan memiliki ornamen khas dan warna alami yang digunakan di wilayah tersebut.

Berkat upaya Ibodullo Narzullaev salah satu pemrakarsa, seni keramik Gijduvan tidak hilang pada masa industrialisme Uni Soviet. Warna tradisional sekolah ini adalah coklat, kuning dan hijau. Pola penghias produk memiliki tradisi berusia berabad2 dan diturunkan dari generasi ke generasi. Tugas perajin keramik bukan hanya memproduksi dagangannya saja, namun mewariskan pengalaman yang diperoleh selama bertahun2 kepada generasi berikutnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline