By Christie Damayanti
Perjalanan selama di Uzbekistan dari Tashkent, Samarkand, Bukhara dan kembali lagi ke Tashkent lalu pulang ke Jakarta, membuat aku benar2 tidak sabar untuk kesana lagi! Sungguh! Segera, aku akan kesana lagi, untuk melakukan berbagai riset2 pribadi, menmabhakn banyak hasil untuk buku2ku.
Banyak genre yang kuhadirkan untuk penulisan2ku, salah satunya wisata ke banyak negara. Tetapi, bukan hanya sekedar traveling dan bersenang2 saja. Tetapi, pengamatanku sampai pada riset2ku tentang aksesibilitas dan fasilitas2 untuk kamu prioritas dan disabilitas.
Dan, salah satu dari genre yang banyak itu, juga tentang arwsitektur dan permukiman, yang sempat aku datangi ke beberapa tempat untuk blusukan .....
Permukiman2 yang terlihat dari atas bus tour, maupun yang sempat aku datangi Bersama Zoyir, memang mungkin tidak terlalu menmarik untuk pembaca, tetapi sangat menarik untukku sebagai arsitek. Area blusukanku memang tkidak banyak, karena ini adalah yang perytama kali aku ke Uzbekistan.
Di akhir bulan Juni 2024 inilah, aku benar2 ingin blusukan ke permukiman2 lokal dengan penduduk local dan fasilitas2nya. Namun, saat ini aku hanya bisa bercerita dahulu apa yang sudah aku amati, sebagian kecil dari bagian global yang aku rencanakan tentang kehidupan sosial Uzbekistan.
***
Permukiman di Uzbekistan ini, memang unik sepanjang yang aku amati. Seperti apa sih, uniknya?
Ketika aku berjalan naik bus tour kami ke beberapa kota di Uzbekistan ini dengan suhu rata2 saat itu dibawah 5 derajat Celcius, aku melihat rumah2 yang ada di sepanjang jalan itu, adalah rumah2 yang tidak sesuai dengan keadaan suhu udara yang sangat dingin.
Sangat jelas terlihat, bahwa dinding rumah yang ada di sepanjang jalan itu, cuma "1 bata" (sekitar 1 bata 10 cm saja), dengan atap yang bukan genteng tapi seperti seng atau asbes, Dimana material2 rumah yang terlihat itu adalah material untuk rumah2 yang ada di negara tropis seperti di Indonesia.