By Christie Damayanti
Dari artikelku sebelumnya, aku bicara tentang "bagaimana atlet disabilitas yang dielu2kan sewaktu bertanding di Paralimpiade sebaai sebuah inspirasi, tetapi pad kenyataannya mereka tidak mampu untuk mengatasi masalah2 sosial di lingkungan kehidupan mereka.
Paralimpiade digembar gemborkan sebagai langkah maju yang besar untuk penyandang disabilitas, mereka berada di awang2 ketika mereka bertanding. TEtapi, apakah mereka "baik2 saja", ketika Paralimpiade selesai dan mereka kembali pulang ke Negara masing2?
Apa yang dilakukan para atlet itu sendiri untuk mengatasi masalah yang dihadapi para penyandang cacat ketika sorotan tertuju pada mereka, di Negara mereka?
Bicara tentang Olimpiade dan Paralimpiade sendiri, kita semua tahu bahwa atlet2 yang bisa ikut serta untuk bertanding dalam wvwn besar itu, adalah atlet2 yang sudah diseleksi secara ketat, dan mereka itu mempunyai pelatihan2 khusus dengan pelatih2 yang sangat baik.
Yang aku baca di beberapa refeensi, pada kenyataannya pelatihan2 dan pelatih2 atket disabilitas untuk maju ke Paralimpiade, "tidak sebagus" dibanding dengan pelatihan dan pelatih2 dari atlet2 non-disabilitas.
Tentu saja, karena pelatih2 disabilitas itu sagnat sedikit, sehingga pada akhirnya atlet2 disabilitas mungkin tidak sekeras bertalih dibanding dengan non-disabilitas.
Sangat wajar, dan sangat dimengerti .....
Seperti yang aku tuliskan juga pada artikel sebelumnya, pada kenyataannya atlet2 disabilitas (sebenarya lebih tentang "disabilitas" nya sendiri), masih sangat terstigma neatif sebagai "disabilitas".
Dunia telah melihat secara langsung bahwa penyandang disabilitas menghadapi banyak masalah yang bukan berasal dari diri mereka sendiri tetapi yang merusak kualitas hidup mereka.
Ketika kita benar2 melihat di luar olahraga dan kehidupan yang nyaman yang diberikannya kepada kita, apakah kita bisa melihat kehidupan bagi disabilitas?