By Christie Damayanti
Keberadaan Paalimpiade Tokyo 2020 sekarang ini, merupakan sebuah "kampanye" yang unik, yang menyatukan banyak organisasi berjenis2 disabilitas dan hak asasi manusia internasional dibawah panji "unity for diversity", sebuah kesatuan untuk keberagaman.
Tujuannya jelas, yaitu menuju tujuan bersama untuk menciptakan dunia yang lebih inklusif untuk disabilitas, dan tanpa diskriminasi.
Even akbar disabilitas ini dilakukan untuk menghormati kepentingagn bersama dari populasi global dunia dalam disabilitas (referensi yang aku baca, 15% dari populasi dunia adalah disabilitas).
Apa yang tampak istimewa dari "gerakan khusus" atau Paralimpiade Tokyo 2020 ini adalah ambisinya untuk meningkatkan kekuatan dalam jumlah dan "menggembleng" banyak organisasi yang berbeda untuk berbicara tentang inklusi disabilitas dengan satu suara, yaitu olahraga.
Sebuah kolaborasi yang tidak ada duanya, untuk menyatukan konsep2 yang tersebar, sebelumnya.
Memanfaatkan kekuatan olahraga untuk menangkap imajinasi publik yang lebih luas, kampanye ini bertujuan, selama periode sepuluh tahun, untuk meningkatkan visibilitas penyandang disabilitas di masyarakat dan menantang banyak stigma terkait dan praktik diskriminatif yang dihadapi mereka setiap hari. .
Stigma2 dunia ini, memang banyak membuat banyak penyandang disabilitas menjadi drop dan terpuruk, sehingga dunia pun mengambil inisiatif untuk menyatukan rasa dan karsa menjadi Paralimpiade.
Untuk mencapai hal ini, para pemimpin kampanye akan bekerja dengan tekun bersama pemerintah dan bisnis untuk mempromosikan aksesibilitas dan mencegah, seperti yang sering terjadi, penyandang disabilitas dikesampingkan demi kelompok terpinggirkan lainnya dari seluruh spektrum keragaman.
Ini suatu yang sangat serius! Bagaimana dunia mau bersatu, ketika 15% penduduk dunia masih sangat terpuruk, sementara 85% lainnya, justru yang membuat itu terjadi.