Lihat ke Halaman Asli

Christie Damayanti

TERVERIFIKASI

Just a survivor

"Underground" London 1991, Awal Terbukanya Pemikiranku tentang Perkotaan Dunia

Diperbarui: 14 Januari 2021   09:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by Bruno Martins on Unsplash | Logo MRT bawh lanah di kota London ......

Mass Rapid Transit (MRT), juga dikenal sebagai metro, light rail, subway, tube, U-Bahn, metropolis atau bawah tanah, adalah jenis angkutan umum berkapasitas tinggi yang umumnya ditemukan di daerah perkotaan.

Tidak seperti bus atau trem, sistem angkutan cepat adalah perkeretaapian listrik yang beroperasi dengan jalur eksklusif, yang tidak dapat diakses oleh pejalan kaki atau kendaraan lain dalam bentuk apapun, dan yang sering dipisahkan kelas di terowongan atau di jalan layang rel kereta.

MRT biasanya terintegrasi dengan angkutan umum lainnya dan seringkali dioperasikan oleh otoritas angkutan umum yang sama. Kalau di Jakarta, nantinya bisa terhubung dengan LRT atau Trans Jakarta.

Tahun 1991, adalah tahun pengembangan pemikiranku sebagai seorang calon arsitek. Saat itu, aku masih kuliah tahun terakhir, dan aku lulus tahun 1992, setelah 4 tahun kuliah di Fakultas Teknik Aritektur Universitas Tarumanagara.

Tahun pemikiran ini, mengembangkan konsep pikirku tenang sebuah kehidupan, khususnya urban di perkotaan, terutama perkotaan dunia. Karena, inilah passionku,untuk pengamatan dan perubahan2 yang bisa menjadi lebih baik.

Tahun 1991, memang sudah "jadul", dan ketika aku hidup di saat itu, Jakarta atau Indonesia pada umumnya, masih jauh sekali dengan pemikiran2 seperti tentang transportasi MRT ini. Wacana sudah ada, tetapi riset dan pengamatannya saat itu sangat minim, sehingga buatku di tahun 1991, MRT London membuat aku terpana dan terbengong2 .....

Dari Westminster Bridge, kami ingin menyusuri lorong2 MRT. Ingin tahu dan mengamati, kehidupan London di bawah tanah, dan terutama untukku, aku ingin sekali melihat dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana menyusun atau "mengotak-atik" urban London.

Aku ingat sekali, ketika kami menuruni tangga2 masuk ke perut bumi, untukk mencari jurusan yang kami butuhkan.

Kami hanya ingin berkeliling naik MRT saja, Bukan dengan tujuan. Alhasil, kami membeli tiket MRT seharian, supaya kami tidak harus beli lagi, dan akan mejadi lebih mahal. Aku lupa, berapa Poundsterling saat itu, aku tidak menyimpan tiketnya.

Tetapi yang sungguh ku ingat, ketika kami sudah membeli tiket, kami diminta turun ke lantai 7 di bawah tanah! Astaga.

Dalam perjalanan, kami sih bersenda gurau dengan keluargaku, tetapi aku membayangkan, betapa orang2 tua dan disabilias akan kepayahan untuk naik turun seperti ini, walau tetapi disiapkan escalator.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline